Co-Pilot Tabrakkan Pesawat, 150 Penumpang Tewas Pada Penerbangan Germanwings 9525, Peristiwa 24 Maret 2015

- 24 Maret 2022, 11:49 WIB
Jatuhnya pesawat Germanwings 9525 akibat adanya kesengajaan Co-pilot hingga menewaskan 150 penumpang, peristiwa 24 Maret 2015. /Ilustrasi/Pexels/
Jatuhnya pesawat Germanwings 9525 akibat adanya kesengajaan Co-pilot hingga menewaskan 150 penumpang, peristiwa 24 Maret 2015. /Ilustrasi/Pexels/ /
 
ZONABANTEN.com - Tepat 7 tahun lalu, 24 Maret 2015 sebuah pesawat Jerman, Germanwings 9525 menabrak Pegunungan Alpen, Prancis dan berakhir menewaskan 150 awak dan penumpang di dalamnya.
 
Saat itu, Pesawat Germanwings 9525 tengah melakukan perjalanan dari Barcelona, Spanyol menuju Dusseldorf, Jerman.
 
Perusahaan induk Germanwings, Lufthansa mengatakan akan menawarkan bantuan segera hingga 50.000 euro atau 788 juta rupiah/penumpang kepada kerabat mereka yang meninggal dalam kecelakaan itu.
 
Lantas, apa yang menyebabkan maskapai Germanwings 9525 bisa menabrak Pegunungan Alpen? Benarkah ada indikasi bunuh diri yang dilakukan salah satu pilot?
 
Kronologi Awal.
 
Pesawat lepas landas dari Barcelona sekitar pukul 10 pagi waktu setempat dan mencapai ketinggian jelajah 38.000 kaki pada 10:27.
 
Pilot Patrick Sondenheimer (34) bersama dengan co-pilot Andreas Lubitz (27) adalah yang menerbangkan pesawat Germanwings 9525.
 
Patrick meminta Andreas untuk sementara waktu mengambil alih kendali karena dirinya ingin pergi ke toilet.
 
Hanya berselang 4 menit yakni pukul 10.31 pesawat mulai turun dan menukik dengan cepat. Dalam waktu singkat sekitar 10 menit, pesawat Germanwings 9525 jatuh di daerah pegunungan dekat kota Prads-Haute-Bleone di Prancis selatan.
 
Pesawat jenis Airbus A320 ini membawa 4 awak kabin dan 144 penumpang dari 18 negara berbeda.
 
 
Paska Kecelakaan.
 
Setelah kecelakaan, ahli-ahli mulai melakukan penyelidikan untuk memutuskan penyebab insiden tersebut.
 
Hasil dari penyelidikan pun terkuak. Begitu kapten keluar dari kokpit, co-pilot Andreas mengunci pintu dan tidak mengizinkan sang kapten masuk kembali. 
 
Suara teriakan panik pilot Patrick Sondenheimer dapat terdengar di kotak hitam pesawat, ia meneriaki co-pilotnya dan mencoba mendobrak pintu kokpit. 
 
Selain itu, perekam data yang dimiliki pusat penerbangan menunjukkan Andreas tampak telah melatih misi untuk menghabisi dirinya sekaligus seluruh awak dan penumpang selama penerbangan sebelumnya pada hari yang sama. 
 
Dirinya berulang kali mengatur ketinggian pesawat hanya 100 kaki disaat kapten tidak berada di kokpit untuk sementara waktu.
 
Namun karena Andreas dengan cepat mampu mengatur ulang kontrol, tindakannya tidak diketahui selama penerbangan oleh kapten pilot.
 
 
Kesehatan Mental Andreas Lubitz Jadi Penyebab Kecelakaan.
 
Penyelidik kecelakaan pun mengetahui Andreas Lubitz memiliki riwayat depresi berat dan pada hari-hari sebelum bencana.
 
Dalam riwayat pencariannya di internet, Andreas telah mencari cara untuk menghabisi nyawa diri sendiri serta beberapa informasi tentang keamanan pintu kokpit. 
 
Menilik ke belakang, pada tahun 2008, Andreas yang juga penduduk asli Jerman ini menerbangkan pesawat layang saat remaja, mengikuti program pelatihan pilot untuk Lufthansa, yang memiliki Germanwings. 
 
Tahun selanjutnya, ia mengambil cuti dari program pelatihan pilot untuk menjalani perawatan akibat masalah psikologis yang dideritanya, kemudian ia diterima kembali dan memperoleh lisensi pilot komersial pada tahun 2012. 
 
Andreas mulai bekerja untuk Germanwings pada tahun 2013. Penyelidik menemukan bukti bahwa pada bulan-bulan menjelang kecelakaan Lubitz telah mengunjungi serangkaian dokter untuk kondisi yang tidak diketahui. 
 
Setelah insiden, diketahui Andreas memiliki catatan yang menyatakan dirinya tidak layak untuk bekerja namun ia menyembunyikan informasi ini dari maskapai Germanwings.
 
 
Andreas Lubitz Ingin Kematiannya Dikenang dalam Sejarah.
 
Mantan kekasih dari Andreas, Mary W ikut memberikan pernyataan bagaimana co-pilot berusia 27 tahun itu sering mimpi buruk sambil berteriak "Kita akan turun".
 
Ia juga menambahkan, "Saya tidak pernah tahu apa yang dia maksud, tapi sekarang masuk akal."
 
Dikutip dari surat kabar Jerman Bild, Andreas mengatakan kepada Mary pada tahun 2014.
 
"Suatu hari saya akan melakukan sesuatu yang akan mengubah seluruh sistem. Kemudian semua akan tahu nama saya dan mengingatnya dalam sejarah," tutur Mary W memperagakan perkataan Andreas.
 
 
Contoh pilot yang menggunakan pesawat untuk mati karena bunuh diri jarang terjadi.
 
Menurut The New York Times, sebuah studi Administrasi Penerbangan Federal AS mengatakan bahwa dari 2.758 kecelakaan penerbangan yang didokumentasikan oleh FAA dari tahun 2003 hingga 2012, hanya delapan kecelakaan yang dinyatakan sebagai bunuh diri.
 
Salah satunya adalah penerbangan Germanwings 9525 ini yang menjadikan peristiwa ini merupakan kecelakaan Airbus A320 terparah ketiga setelah TAM Linhas Aéreas Penerbangan 3054 dan Indonesia AirAsia Penerbangan 8501.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Metro History


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x