Menurut laporan The Intercept, rencana blokade juga mencakup aspek militer, dengan pasukan Arab Saudi dan UEA menyerang Qatar. Namun, blokade itu tidak menghasilkan apa-apa selain membagi enam anggota Dewan Kerjasama Teluk.
Berdasarkan informasi yang diterima dari anggota komunitas intelijen Amerika Serikat dan dua mantan pejabat Departemen Luar Negeri, blokade itu didorong oleh Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Mohammed bin Salman akhirnya mundur setelah tekanan dari mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, yang khawatir invasi tersebut akan merusak hubungan jangka panjang mereka dengan negara-negara Timur Tengah.
7. Eksekusi mati meningkat
Selama beberapa tahun terakhir sejak Mohammed bin Salman menjadi Putra Mahkota Arab Saudi, jumlah eksekusi di kerajaan itu telah meningkat tajam, menurut organisasi HAM internasional, Reprieve dan Amnesty International.
"Dalam delapan bulan setelah dia diangkat menjadi putra mahkota, 133 orang dieksekusi. Mohammed bin Salman telah mengawasi eksekusi rata-rata 16 orang per bulan sejak pengangkatannya," kata Reprieve pada Maret 2018.
Baca Juga: Holly Madison: Playboy Mansion Seperti Sekte Sesat
Amnesty International juga mengutuk penggunaan hukuman mati yang menonjol di Arab Saudi. Mereka menuduh negara itu menggunakan hukuman tersebut sebagai cara untuk menahan kritik dari minoritas Syiah di Arab Saudi.
Ketika mendapatkan pertanyaan terkait hal itu dalam wawancara dengan The Economist pada 2016, Mohammed bin Salman berdalih dengan menekankan bahwa semua yang dieksekusi telah melalui tiga lapisan sistem peradilan.
8. Pembunuhan Jamal Khashoggi