"Saya ingin bekerja di industri anime selama sisa hidup saya," kata Akutsu dalam wawancara telepon dengan The New York Time.
"Saya tahu tidak mungkin untuk menikah dan membesarkan anak (dengan pendapatan animator)," lanjutnya.
Mirisnya, dengan pendapatan yang ngepas itu para animator Jepang justru memiliki jam kerja yang luar biasa padat.
Untuk satu gambar saja bisa memakan waktu sampai satu jam lebih. Apalagi kalau yang dikerjakan adalah judul anime terkenal yang harus memperhatikan hingga detail terkecil sekalipun.
Akibatnya, banyak animator yang merasa tertekan dengan beban kerjanya. Tidak sedikit yang sering ketiduran dia tas meja kerjanya. Bahkan sampai masuk ke rumah sakit karena terlalu lelah.
Salah satu kasus yang pernah ramai dibicarakan adalah ketika sebuah studio animasi Jepang terkenal, Madhouse, dituduh melanggar kode etik pekerja karena mempekerjakan karyawannya selama hampir 400 jam pada tiap bulannya.
Sedihnya, para animator studio Madhouse dikabarkan terus bekerja selama 37 hari berturut-turut tanpa mendapat libur satu hari pun demi memenuhi tuntutan deadline anime.
Seolah 'belajar' dari kasus tersebut, saat ini mulai banyak studio anime yang memilih menggunakan tenaga pekerja lepas (freelance) agar tidak perlu khawatir dengan peraturan ketenagakerjaan.
Baca Juga: Anime Sword Art Online Akan Mendapatkan Film Ke-2nya