Alami Krisis Pangan yang Makin Parah, Rakyat Korea Utara Diminta Sedikit Makan Hingga Tahun 2025

- 29 Oktober 2021, 13:45 WIB
Alami Krisis Pangan yang Makin Parah, Rakyat Korea Utara Diminta Sedikit Makan Hingga Tahun 2025
Alami Krisis Pangan yang Makin Parah, Rakyat Korea Utara Diminta Sedikit Makan Hingga Tahun 2025 /

ZONABANTEN.com - Korea Utara dikabarkan tengah dilanda krisis pangan yang parah.

Hal ini menjadi buntut dari penutupan perbatasan dengan China pada tahun 2020 lalu, yang dilakukan Korea Utara untuk menangkal virus Corona.

Akibatnya, warga Korea Utara kini mengalami kekurangan pangan dan berisiko mengalami bencana kelaparan parah.

Melansir dari Radio Free Asia, pemerintah Korea Utara telah mengimbau warganya untuk 'mengencangkan ikat pinggang' mereka setidaknya sampai tahun 2025 mendatang, saat Korea Utara membuka kembali perbatasan dengan China.

Baca Juga: Berikut Syarat dan Link untuk Menghapus foto Anak-anak dan Remaja dari Penelusuran Gambar Google 

Terkait imbauan pemerintah Korea Utara tersebut, banyak warga yang mengeluh bahwa mereka mungkin tidak dapat bertahan saat melalui musim dingin nanti. Apalagi kalau harus bertahan sampai 5 tahun mendatang.

"Dua minggu lalu, mereka (pemerintah) mengatakan kepada pertemuan unit penjaga lingkungan bahwa darurat pangan kami akan berlanjut hingga tahun 2025. Pihak berwenang menekankan bahwa kemungkinan mmembuka kembali bea cukai antara Korea Utara dan China sebelum 2025 sangatlah tipis," ujar seorang penduduk kota perbatasan barat laut Sinuiju, seberang Dandong China, melansir dari Layanan Korea RFA pada 21 Oktober 2021.

Pemerintah Korea Utara juga meminta warganya untuk makan lebih sedikit setidaknya sampai tahun 2025 nanti.

Para warga Korea Utara pun hanya bisa pasrah dan putus asa terkait keputusan pemerintah setempat soal kelangkaan pangan.

Baca Juga: Mark Zuckerberg Resmi Ganti Facebook jadi Meta, Begini Alasannya 

“Situasi pangan saat ini sudah jelas darurat, dan orang-orang berjuang dengan kekurangan. Ketika pihak berwenang memberi tahu warga bahwa mereka perlu menghemat dan mengonsumsi lebih sedikit makanan hingga tahun 2025. Para warga tidak bisa berbuat apa-apa selain merasa sangat putus asa,” kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya dengan alasan keamanan.

Kelangkaan makanan yang parah di Korea Utara telah memaksa para warganya untuk bergelut dengan kelaparan tiap harinya.

Kebijakan penutupan perbatasan Tiongkok - Korea Utara dan penangguhan perdagangan dengan China pada Januari 2020, yang diklaim untuk mencegah penyebaran COVID-19, telah menghancurkan ekonomi Korea Utara.

Harga pangan pun meroket akibat tidak adanya impor dari China untuk menutupi kesenjangan antara produksi dalam negeri dan permintaan pangan domestik.

Baca Juga: Segera Tayang Serial TV Sang Legenda Sepak Bola Maradona Penuh Gejolak dan Kontroversi 

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB baru-baru ini melaporkan bahwa Korea Utara diproyeksikan akan mengalami kekurangan bahan makanan sekitar 860 ribu ton di tahun ini.

Selain itu, Program Pangan Dunia PBB memperkirakan sekitar 40% populasi Korea Utara saat ini tengah mengalami kekurangan gizi akibat kelaparan.

Akibat kebijakan krisis pangan ini, mulai timbul rasa ketidakpercayaan dan kebencian antara warga dan pemerintah.

“Ketidakpercayaan dan kebencian terhadap pihak pemerintah telah merajalela di antara warga. Karena pada pertemuan itu, mereka(pemerintah) mengatakan bahwa kami (warga) harus mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi dan mengencangkan ikat pinggang lebih erat dari sebelumnya,” kata sebuah sumber.

Baca Juga: Adu Kreasi di Kompetisi Drawing in Your Style, Berhadiah Pen Tablet 

Warga Korea Utara juga menyamakan kebijakan tersebut dengan meminta mereka untuk mati secara perlahan akibat kelaparan.

“Beberapa warga mengatakan bahwa situasinya saat ini (krisis pangan) sangat serius sehingga mereka tidak tahu apakah mereka dapat bertahan hidup di musim dingin yang akan datang. Mereka (warga) mengatakan bahwa menyuruh bertahan dalam kesulitan sampai tahun 2025 sama dengan meminta kami mati kelaparan,” lanjut sumber tersebut.

Namun para pejabat setempat seolah mencoba berkelit dengan menunjukkan keberhasilan Korea Utara dalam hal penanganan pandemi virus corona di negaranya.

“Mereka mengatakan pada pertemuan itu bahwa situasi virus corona di negara lain sangat buruk. Jumlah kematian terkait virus corona meningkat pesat setiap hari di seluruh dunia,” kata sumber lain yang juga tidak ingin disebutkan namanya.

Baca Juga: Moscow Kembali Lockdown Setelah Kasus Kematian Tembus 1000 Orang dalam Sehari 

"Tetapi penduduk tidak mempercayai penjelasan pihak berwenang, dengan mengatakan, 'Tidak peduli seberapa sulit situasinya, di mana di Bumi mungkin ada orang yang mengalami lebih banyak kesulitan daripada kita?'" lanjutnya.

Orang-orang pun mulai mengkritik pemerintah karena tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi krisis pangan. Mereka khawatir bahwa perbatasan akan tetap ditutup bahkan jika mereka sekarat karena kelaparan.

“Kritik muncul bahwa penekanan pemerintah pada penghematan pangan mungkin karena Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un tidak menyadari betapa seriusnya situasi pangan,” kata sumber kedua lagi.

“Warga sudah berjuang untuk bertahan dan sudah mengencangkan ikat pinggang sebanyak mungkin. Mereka membenci tuntutan pihak berwenang yang tidak realistis, menanyakan seberapa ketat mereka bisa mengencangkan ikat pinggang,” imbuhnya.

Baca Juga: Ikatan Cinta 29 Oktober 2021: Iqbal Tawarkan Ini, Suster Bejat Pun Tergoda hingga Korbankan Elsa, Tak Berkutik 

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, sendiri telah mendorong kemandirian sejak awal tahun ini. Tujuannya agar negarat tersebut dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan mengurangi ketergantungan pada impor.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: rfa.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x