Para Peneliti Mengumpulkan Sampel Kelelawar di Kamboja untuk Melacak Asal Usul Pandemi COVID-19

- 20 September 2021, 12:33 WIB
Ilustrasi Kelelawar/Uns[lash/James Wainscoat
Ilustrasi Kelelawar/Uns[lash/James Wainscoat /

ZONABANTEN.com - Para peneliti sedang mengumpulkan sampel dari kelelawar di Kamboja utara dalam upaya untuk melacak asal usul pandemi COVID-19.

Ke wilayah di mana virus yang sangat mirip ditemukan pada hewan tersebut satu dekade lalu.

Dua sampel dari kelelawar tapal kuda dikumpulkan pada 2010 di provinsi Stung Treng dekat Laos, dan disimpan di dalam freezer di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh.

Tes yang dilakukan pada kelelawar tahun lalu mengungkapkan kerabat dekat dengan virus corona.

Baca Juga: Cara Jitu Singapura Buka Peluang Hidup dengan Covid-19, Penuhi Target Vaksinasi

Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan detail lainnya selama seminggu.

Penelitian serupa sedang terjadi di Filipina.

"Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang COVID-19," kata koordinator lapangan, Thavry Hoem.

Spesies inang seperti kelelawar biasanya tidak menunjukkan gejala patogen, tetapi ini bisa sangat merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lain.

Dr. Veasna Duong, Kepala Virologi di IPC, mengatakan bahwa lembaganya melakukan empat perjalanan seperti itu dalam dua tahun terakhir.

Dengan harapan mendapatkan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan kelelawar.

Baca Juga: Covid-19 Menurun Di Indonesia, Ketua DPR: Wisatawan Jangan Sampai Bablas Abaikan Prokes

Virus mematikan yang berasal dari kelelawar antara lain Ebola dan virus corona lainnya seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

Namun Veasna Duong mengatakan manusia juga bertanggung jawab karena gangguan dan perusakan habitat alami, atas kehancuran yang disebabkan COVID-19.

"Kalau kita coba dekat-dekat dengan satwa liar, kemungkinan virus dibawa oleh satwa liar lebih besar dari biasanya. Kemungkinan virus bertransformasi hingga menginfeksi manusia juga lebih besar," kata Veasna Duong.

Proyek yang didanai Prancis juga bertujuan untuk melihat bagaimana perdagangan satwa liar dapat berperan, kata Julia Guillebaud, seorang insinyur penelitian di unit virologi IPC.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x