Jepang Teruskan Rencana Pembuangan Air Nuklir Fukushima ke Laut, Protes Besar-besaran Tumbuh di Korea Selatan

- 3 Mei 2021, 13:14 WIB
Ilustrasi nuklir.
Ilustrasi nuklir. /Pixabay/enriquelopezgarre


ZONABANTEN.com – Komunitas nelayan Korea Selatan khawatir terhadap rencana Jepang membuang air nuklir ke laut akan mencemari laut meski dijanjikan akan bersih dari zat radioaktif.

Korea Selatan telah mengubah industri perikanannya selama 30 tahun terakhir di tengah kritik penangkapan ikan yang berlebihan.

Tapi sekarang industri itu menghadapi tantangan baru.

Bulan lalu, Jepang mengumumkan rencananya untuk melepaskan lebih dari satu juta ton air limbah dari bencana Fukushima ke Samudra Pasifik.

Kelompok perikanan di Korea Selatan telah menjadi salah satu penentang paling vokal dari rencana kontroversial tersebut dengan armada kapal yang turun ke laut untuk mengibarkan bendera protes.

Baca Juga: Tanggapi Amerika dan Jepang, Kedubes China: Taiwan, Hong Kong dan Xinjiang adalah Urusan Dalam Negeri

"Industri kami sedang mengalami kerusakan yang memusnahkan, hanya dengan kekhawatiran orang-orang tentang kemungkinan kontaminasi radioaktif produk laut," kata koalisi dari 25 organisasi perikanan, dalam protes tertulis ke kedutaan Jepang bulan lalu dikutip ZONABANTEN.com dari Al Jazeera.

Pemerintah Jepang mengumumkan rencananya untuk membuang air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor di Fukushima sejak pembangkit listriknya hancur akibat tsunami 2011 pada 13 April yang memicu keberatan dari China dan Korea Selatan dan protes berminggu-minggu di Seoul.

Para aktivis berkemah di depan kedutaan Jepang, dengan puluhan kelompok berbeda menuntut pembatalan rencana tersebut, salah satunya dengan mengirimkan petisi dan dalam kasus beberapa siswa, mencukur kepala mereka.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, menentang keputusan Tokyo, menyerukan para pejabat untuk mencari cara hukum untuk memblokir Jepang terkait pembuangan air limbah.

Komunitas nelayan di wilayah selatan Korea Selatan termasuk di antara mereka yang paling khawatir tentang potensi efek rencana tersebut terhadap mata pencaharian mereka.

Gubernur Pulau Jeju dan Provinsi Gyeongsang serta walikota Busan dan kota-kota lain termasuk di antara mereka yang menyerukan Jepang untuk membatalkan rencananya dan agar pemerintah nasional Korea Selatan bertindak dengan lebih mendesak.

Baca Juga: Disanksi AS Atas Program Nuklir, Iran Desak Korea Selatan untuk Cairkan Dana Negaranya yang Dibekukan

“Lautan adalah sumber daya penting tidak hanya untuk pariwisata di wilayah Geoje tetapi juga ekosistem yang menjamin kehidupan para nelayan Korea,” kata Walikota Pulau Geoje Byun Kwang Yong.

Jepang menegaskan bahwa air, yang telah diolah untuk menghilangkan zat radioaktif berbahaya, aman dan berencana untuk mulai melepaskannya dalam waktu dua tahun.

Diperkirakan dibutuhkan setidaknya satu tahun bagi air limbah itu untuk mencapai daerah penangkapan ikan Korea Selatan, tetapi beberapa ahli mengatakan itu bisa memakan waktu kurang dari 200 hari sejak tanggal pembuangan.

Juru bicara Korea Selatan mengatakan Presiden Moon Jae In telah menyarankan agar Seoul dapat membawa masalah ini ke Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut tetapi masih ada pertimbangan politik yang harus dipikirkan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah