Dipaksa Hentikan Senjata Nuklir, Korea Utara Peringatkan AS akan Hadapi Krisis dan Situasi yang Sangat Serius

- 3 Mei 2021, 12:04 WIB
Ilustrasi AS - Korea Utara Korea Utara pada Minggu menuduh Presiden AS menjalankan kebijakan yang tak bersahabat dan sebut pernyataan Joe Biden hanya tipuan politik.*
Ilustrasi AS - Korea Utara Korea Utara pada Minggu menuduh Presiden AS menjalankan kebijakan yang tak bersahabat dan sebut pernyataan Joe Biden hanya tipuan politik.* /Geralt/Pixabay


ZONABANTEN.com – Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa mereka akan menghadapi "krisis di luar kendali" dan "situasi yang sangat serius" dalam ancaman terbaru sejak Joe Biden menjadi presiden.

Seorang juru bicara rezim diktator Kim Jong Un mengatakan kritik Washington baru-baru ini terhadap hak asasi manusia di Korea Utara menunjukkan bahwa AS "bersiap untuk pertarungan habis-habisan".

Korut mengecam AS dalam serangkaian pernyataan pada Minggu, 2 Mei 2021 mengatakan bahwa komentar Biden baru-baru ini tentang senjata nuklir adalah bukti kebijakan permusuhan yang membutuhkan tanggapan yang sesuai dari Pyongyang.

Dalam pernyataan terpisah, saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong memperingatkan Korea Selatan akan menghadapi konsekuensi karena gagal menghentikan aktivis pembelot meluncurkan selebaran anti-Pyongyang melintasi perbatasan ke wilayah Korea Utara.

Baca Juga: India Catat REKOR Penambahan Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, Rumah Sakit Kewalahan Tangani Pasien

Dalam pidatonya di Kongres pekan lalu, Biden mengatakan program nuklir Korut menghadirkan ancaman serius bagi keamanan AS dan keamanan dunia.

Dalam satu pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh Washington menghina martabat pemimpin tertinggi negara itu dengan mengkritik situasi hak asasi manusia Korea Utara.

Menurut juru bicara tersebut, kritik hak asasi manusia adalah provokasi yang menunjukkan bahwa AS "bersiap untuk pertarungan habis-habisan" dengan Korea Utara.

Dalam pernyataan terpisah, Kwon Jong Gun, direktur jenderal Departemen Urusan Luar Negeri, mengutip pidato Biden di depan Kongres, yang mengatakan program nuklir di Korea Utara dan Iran menimbulkan ancaman yang akan ditangani melalui diplomasi dan pencegahan tegas.

Kwon mengatakan itu tidak masuk akal dan merupakan pelanggaran atas hak Korea Utara untuk membela diri.

"Pernyataannya jelas mencerminkan niatnya untuk tetap menegakkan kebijakan permusuhan terhadap DPRK seperti yang telah dilakukan oleh AS selama lebih dari setengah abad," katanya dikutip ZONABANTEN.com dari The Mirror.

Baca Juga: Beda dari Obama dan Trump, Joe Biden Ambil Langkah Ini untuk Membuat Korea Utara Hentikan Program Nuklir

Pembicaraan yang bertujuan untuk membujuk Pyongyang agar menyerahkan program senjata nuklirnya telah terhenti sejak serangkaian pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong Un gagal menghasilkan kesepakatan.

Kebijakan Biden mencoba untuk mencapai jalan tengah antara upaya Trump, serta upaya dari Barack Obama, yang menolak keterlibatan diplomatik yang serius dengan Korea Utara tanpa adanya langkah apa pun oleh Pyongyang untuk mengurangi ketegangan.

Markus Garlauskas, seorang rekan senior di Dewan Atlantik dan mantan perwira intelijen nasional AS untuk Korea Utara, mengatakan retorika Pyongyang adalah pengingat bahwa masalahnya lebih besar daripada terminologi atau taktik.

"Perbedaan antara rezim Kim Jong Un dan Amerika Serikat jauh lebih mendasar," katanya.

Menurut Garlauskas, Kim Jong Un tidak berniat menyerahkan senjata nuklir atau mereformasi sistem politik Korea Utara dan sulit untuk melihat bagaimana AS dapat merangkul Korea Utara bersenjata nuklir yang melanggar hak asasi manusia.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: The Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x