Covid-19 Belum Usai, Guinea Deklarasikan Wabah Ebola Jadi Epidemi dan Mencatat Tiga Kasus Kematian Pertama

- 15 Februari 2021, 13:55 WIB
Ilustrasi Ebola
Ilustrasi Ebola /bhossfeld

ZONA BANTEN – Guinea sedang memerangi wabah baru yakni Ebola, menurut pejabat kesehatan di negara Afrika Barat itu pada Minggu, 14 Februari 2021 dengan setidaknya tiga kematian di wilayah yang sebelumnya merupakan titik awal untuk epidemi penyakit terburuk di dunia.

Melansir dari New York Times, pejabat kesehatan menjanjikan pengiriman cepat vaksin dan tindakan lain setelah mengkonfirmasikan tujuh kasus di negara Afrika Barat itu, yang merupakan asal mula wabah penyakit terbesar yang pernah ada.

Menurut Kementerian Kesehatan Guinea, tiga orang yang meninggal yakni dua wanita dan seorang pria, termasuk di antara tujuh orang yang jatuh sakit dengan gejala diare, muntah, dan pendarahan setelah menghadiri pemakaman seorang perawat pada 1 Februari.

Baca Juga: Berjuang Lawan Covid-19 Bersama Orang Terdekat, Uya Kuya Habiskan Rp233 Juta untuk Biaya Rumah Sakit 

Pejabat mengkonfirmasi wabah pada hari Minggu setelah laboratorium menemukan virus dalam tiga sampel pertama yang diuji dari pasien.

"Pemerintah meyakinkan orang-orang bahwa semua tindakan diambil untuk mengekang epidemi ini secepat mungkin," kata Kementerian Kesehatan Guinea pada hari Minggu dalam sebuah posting Facebook seperti dikutip ZONA BANTEN dari artikel New York Times.

Pemerintah meminta masyarakat untuk melaporkan gejala lebih lanjut kepada otoritas kesehatan dan mengikuti tindakan kebersihan dan pencegahan.

Baca Juga: Telah Terjadi Tanah Longsor di Desa Ngetos Kabupaten Nganjuk Jawa Timur 

Ia juga mengatakan akan mempercepat pengiriman vaksin ke wilayah tersebut dan membuka pusat untuk menangani kasus yang terdeteksi.

Kebangkitan virus Ebola ini terjadi ketika Afrika Barat masih bergulat dengan pandemi virus korona dan setelah Republik Demokratik Kongo juga menemukan kasus baru Ebola, tiga bulan setelah pejabat kesehatan mengatakan mereka telah memberantas wabah terakhir di Kongo.

Halaman:

Editor: Yuliansyah

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x