"Tidak ada pembenaran atas pengurangan kemiskinan dengan memaksa sterilisasi atau mengambil anak-anak dari orang tua mereka untuk diajar kembali di sekolah asrama yang dijalankan oleh negara," tambahnya.
Yahya Cholil Staquf menanggapi pernyataan Mike Pompeo dengan mengatakan kalau isu tersebut masih kabur.
Baca Juga: Update Corona Indonesia Sabtu 5 Desember: Sudah Sentuh 569.707 Kasus Positif COVID-19, Kawan!
Khatib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menyatakan kalau informasi yang beredar bias oleh konflik Tiongkok-AS.
"Yang kita butuhkan sekarang adalah akses terhadap informasi yang faktual, dan kami menuntut semua pihak, Amerika maupun China, untuk jujur dalam hal ini [...] karena keadaannya saat ini jika mengecam China maka dianggap anti-Amerika, juga sebaliknya," kata Yahya usai acara berakhir.
Ia pun menegaskan kalau sikap NU terhadap persoalan Muslim Uighur belum diputuskan sampai final.
Baca Juga: Waduh, Sinetron Ikatan Cinta Terancam Turun Rating Kalau Hal Ini Terjadi, Penonton Kecewa
Pihaknya masih terus menunggu fakta yang aktual, tidak terbiaskan oleh rivalitas AS-Tiongkok saat ini.
"Tetapi jelas, jika memang benar terjadi pelanggaran hak asasi (Muslim Uighur di Xinjiang, red), kami tidak akan tinggal diam sebagaimana selama ini kami tidak tinggal diam terhadap nasib rakyat Palestina," ujarnya.***(Mahbub Ridhoo Maulaa/PR)