Tim Astronom Ungkap Fenomena di Balik Supermassive Black Hole

24 Juni 2020, 15:22 WIB
Ilustrasi Black Hole //PIXABAY - @12019

ZONABANTEN.com – Entah sengaja atau tidak, sesuatu yang berkaitan dengan lubang hitam atau black hole, selalu menarik untuk dibahas. Bahkan “kisah” black hole ini sudah dijadikan inspirasi dalam penulisan lagu.

Seperti lagu Black Hole Sun dari Sound Garden yang dirilis di tahun 90-an atau Supermassive Black Hole dari Muse yang populer di tahun 2006.

Nah, berbicara tentang supermassive black hole atau lubang hitam supermasif - oleh sejumlah ilmuwan - dianalogikan sebagai monster galaksi yang ada di pusat galaksi, yang bisa terbentuk dari bintang yang "melahap" gas antar bintang dan bintang-bintang kecil.

Ya, hampir semua galaksi, termasuk Bima Sakti, memiliki lubang hitam raksasa di pusatnya. Si lubang hitam raksasa tersebut, kita kenal sebagai lubang hitam supermasif. Yaitu tipe lubang hitam paling besar saat ini. Terlepas dari jumlah maupun ukurannya, para ilmuwan masih belum mengetahui dari mana lubang hitam supermasif berasal serta bagaimana pembentukannya.

Baca Juga: Gempa 7,4 Guncang Meksiko Memicu Tsunami Lokal di Pesisir Pasifik

Lantaran penasaran ingin mengungkap misteri ini, ada tim ilmuwan yang melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana lubang hitam supermasif terbentuk, dengan menambah bahan pada menu diet lubang hitam.

Sejumlah astronom menduga bahwa lubang hitam raksasa terbentuk ketika awan raksasa kuno mengalami keruntuhan dan membentuk bintang supermasif. Ketika bintang tersebut “mengakhiri” hidupnya, bintang supermasif berevolusi menjadi lubang hitam supermasif.

Baca Juga: Tabrakan Kosmik antara Bima Sakti dan Sagitarius, Picu Pembentukan Tata Surya

Namun, teori tersebut justru punya masalah. Bintang supermasif seperti itu hanya bisa terbentuk jika awan gas dan debunya merupakan awan murni yang terdiri dari hidrogen dan helium. Awan seperti itu hanya ada ketika alam semesta masih sangat muda. Dengan kata lain, lubang hitam supermasif hanya terbentuk ketika alam semesta masih bayi atau masih sangat muda.

Kini, alam semesta makin tua. Awan raksasa murni tersebut tidak bisa membentuk semua lubang hitam supermasif yang kita temukan saat ini.

Baca Juga: Tidak Hanya Tiongkok dan AS, Uni Emirat Arab akan Kirim Pesawat Luar Angkasa ke Mars Bulan Juli 2020

Demi mendapatkan jawabannya, para astronom dari Universitas Tohoku, Jepang, mencari jalan lain supaya lubang hitam supermasif bisa terbentuk, pada saat alam semesta sudah bukan bayi lagi. Saat alam semesta bertambah tua, awan gas tidak lagi murni. Selain hidrogen dan helium, alam semesta sudah diisi oleh elemen berat lain seperti oksigen dan karbon.

Keberadaan elemen berat tersebut, membuat perilaku awan jadi berbeda. Awan gas dan debu tidak lagi menghasilkan bintang supermasif.  Awan raksasa tersebut justru terpecah-pecah menjadi gumpalan lebih kecil yang berevolusi membentuk bintang yang lebih kecil.

Baca Juga: Seperti Kupu-kupu, Teleskop Hubble Berhasil Foto Nebula Saat Memisahkan Diri

Bintang-bintang seperti ini -  meskipun masih lebih masif dari matahari -  tidak bisa menghasilkan lubang hitam supermasif. Lubang hitam yang dihasilkan termasuk kecil.

Lantas, timbul pertanyaan : apakah lubang hitam supermasif masih bisa terbentuk dari awan yang kaya dengan elemen berat?

Untuk memperoleh jawabannya, dibuatlah simulasi 3D untuk mengetahui evolusi awan-awan tersebut. Hasil simulasi dengan super komputer ATERUI II, para ilmuwan bisa melihat apa yang terjadi pada awan yang berlimpah elemen berat untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Bagaimana Astronom Bisa Mengukur Massa Bintang ? Begini Penjelasannya

Hasilnya ?

Ternyata bintang supermasif masih bisa terbentuk dari awan yang belimpah elemen berat. Awan raksasa berisi gas dan debu itu memang pecah dan membentuk banyak sekali bintang yang lebih kecil. Akan tetapi, ada aliran gas yang kuat ke arah pusat awan yang menarik bintang-bintang yang kecil yang sudah terbentuk. Bintang-bintang kecil tersebut kemudian “dilahap” oleh bintang masif di pusat awan, hingga akhirnya terbentuklah bintang supermasif yang massanya 10.000 kali lebih masif dari matahari.

Nah, bintang supermasif inilah yang kemudian berevolusi menjadi lubang hitam supermasif.

Baca Juga: Cincin Raksasa dan Bulan Lebih Besar Pernah Kelilingi Planet Mars

Penemuan terbaru ini menjelaskan bahwa lubang hitam supermasif tidak hanya terbentuk dari evolusi awan murni, melainkan dari awan yang memiliki banyak elemen berat dalam menunya. Jadi tidak mengherankan jika dalam  alam semesta saat ini, ada banyak lubang hitam supermasif yang berhasil diamati keberadaannya.

Fakta menarik dari simulasi tadi adalah, ternyata massa lubang hitam supermasif bisa mencapai 10 miliar kali lebih masif dari matahari .*** (Julian)

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: space scoop universe

Tags

Terkini

Terpopuler