Negara-negara Miskin di Dunia Tolak 100 Juta Dosis Vaksin Covid 19 dari Negara Maju, Apa Penyebabnya?

14 Januari 2022, 16:14 WIB
Negara-negara Miskin di Dunia Tolak 100 Juta Dosis Vaksin Covid 19 dari Negara Maju /pixabay/geralt

ZONABANTEN.com – Pada bulan Desember negara-negara miskin di dunia menolak sumbangan 100 juta dosis vaksin Covid 19 dari negara maju. Laporan ini dinyatakan oleh PBB pada hari Kamis.

Penolakan disebabkan karena vaksin Covid 19 yang disumbangkan sudah memasuki umur kadaluwarsa.

Vaksin dari negara-negara maju itu masa simpannya pendek sehingga negara miskin menolak.

Baca Juga: Big Match, Man City vs Chelsea, Adu Gengsi Tuchel dan Guardiola

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga “mengutuk” negara-negara berpenghasilan tinggi yang menimbun pasokan vaksin dan kemudian membagikan dosis mereka yang hampir kadaluwarsa dengan negara-negara miskin yang kelaparan.

Masalah ini terungkap karena beredarnya gambar-gambar mengejutkan dari otoritas Nigeria yang membuang lebih dari satu juta dosis AstraZeneca yang kadaluwarsa bulan lalu.

Sebagai bagian dari Covax, program global untuk memastikan bahwa dosis vaksin mencapai negara-negara miskin, UNICEF menggunakan keahlian logistik vaksinnya untuk menangani pengiriman.

Baca Juga: Changmin TVXQ Rilis dan Bahas Konsep Album Solo Terbarunya

Direktur divisi pasokan UNICEF, Etleva Kadilli mengatakan kepada komite Parlemen Eropa pada bulan Desember bahwa mereka memiliki hampir lebih dari 100 juta dosis yang telah ditolak.

"Mayoritas penolakan adalah karena umur simpan produk. Umur simpan yang pendek benar-benar menciptakan hambatan besar bagi negara-negara untuk merencanakan kampanye vaksinasi mereka," kata Kadilli.

"Sampai kita memiliki umur simpan yang lebih baik, ini akan menjadi titik tekanan bagi negara-negara, khususnya ketika negara-negara ingin menjangkau populasi di daerah yang sulit dijangkau,” lanjutnya.

Baca Juga: Miris! Tolak Vaksin, Orangtua Seorang Anak Penderita Leukemia Terancam Diusir

Kadilli mengatakan kepada anggota parlemen bahwa sumbangan Uni Eropa mencapai sepertiga dari dosis yang diberikan melalui Covax sejauh ini.

Selama Oktober-November, 15 juta dosis sumbangan UE ditolak, 75 persen di antaranya adalah suntikan AstraZeneca dengan masa simpan kurang dari 10 minggu pada saat kedatangan.

Kadilli mencatat bahwa beberapa negara meminta agar pengiriman ditunda hingga setelah Maret, ketika mereka mungkin berada dalam posisi yang lebih baik.

Covax adalah upaya kolaborasi antara WHO, Gavi, dan CEPI, sebuah koalisi untuk inovasi kesiapsiagaan epidemi.

Baca Juga: Tinnitus atau Dengungan: Bisa Jadi Itu Gejala dari Covid

Program ini akan mengirimkan miliaran dosis vaksin melalui UNICEF.

WHO mengumumkan pada 29 Desember bahwa 92 dari 194 negara anggotanya melewatkan target vaksinasi 40 persen dari populasi mereka pada akhir tahun 2021.

"Ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir sepanjang tahun dan kemudian vaksin berikutnya hampir kadaluwarsa dan tanpa bagian-bagian penting seperti jarum suntik," kata ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Ini bukan hanya memalukan secara moral, itu merenggut nyawa,” lanjut Tedros.

Baca Juga: Percaya atau Tidak! Ditemukan Koloni Ikan Transparan Langka di Laut Antartika

Pada hari Kamis, dia mengatakan 9,4 miliar dosis vaksin telah diberikan kepada orang-orang di seluruh dunia, tetapi lebih dari 85 persen orang Afrika belum menerima satu dosis pun.

"Beberapa kendala pasokan yang kami hadapi tahun lalu sekarang mulai berkurang, tetapi kami masih memiliki jalan panjang untuk mencapai target kami memvaksinasi 70 persen dari populasi setiap negara pada pertengahan tahun ini," kata Tedros.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: Wionews

Tags

Terkini

Terpopuler