Miris! Meski Anime Mulai Banyak Diminati, Gaji Animator di Jepang Masih Tetap Rendah Karena Alasan ini

11 November 2021, 20:24 WIB
Miris! Meski Anime Mulai Banyak Diminati, Gaji Animator di Jepang Masih Tetap Rendah Karena Alasan ini /The New York Times

ZONABANTEN.com - Menjadi animator di Jepang merupakan impian banyak orang, terutama para pecinta anime.

Tentu akan jadi kebanggaan tersendiri bila nama kita terpampang sebagai salah satu orang yang terlibat dalam pembuatan anime populer.

Namun, dunia kerja animator di Jepang ternyata tidak seindah karya anime yang dihasilkan mereka. Terdapat sisi gelap di industri anime yang membuat pilu. Salah satunya adalah persoalan gaji.

Sebenarnya anime merupakan salah satu industri yang terbilang menjanjikan. Bisa dilihat dari besarnya pemasukan yang diperoleh untuk tiap anime populer.

Baca Juga: Khusus Kaum Wanita, Ini Tips Terbaik Bila Ingin Kembali Ke Dunia Kerja Setelah Mengalami Jeda Karir

Sebut saja movie Demon Slayer -- Kimetsu No Yaiba -- The Movie: Mugen Train yang berhasil meraup keuntungan mencapai Rp5,1 triliun.

Ditambah lagi dengan pandemi COVID-19 yang terjadi sehingga membuat permintaan streaming video anime (legal) jadi makin meningkat. 

Sayangnya ini berbanding terbalik dengan kehidupan para animator yang bekerja di balik layarnya.

Mereka harus menelan kenyataan pahit dengan memperoleh gaji yang tidak seberapa besar ketimbang beban kerja yang dilakukan.

Baca Juga: Terlama, Squid Game Menjadi Serial Peringkat Teratas di Netflix Selama 47 Hari

Menurut Japanese Animation Creatior, rata-rata animator di Jepang bisa memperoleh sekitar $10 ribu (sekitar Rp141 juta) tiap tahunnya.

Sementara untuk animator senior, mereka bisa memperoleh lebih banyak dengan kisaran $19 ribu hingga $31 ribu (Rp268 juga - Rp438 juta) per tahun. 

Di jepang, angka tersebut terbilang sangat pas-pasan dan hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

Hal ini juga yang dirasakan oleh animator Jepang bernama Tetsuya Akutsu. Ia merupakan animator berpengalaman yang telah berkecimpung di industri anime selama delapan tahun.

Baca Juga: Fortnite Lakukan Kolaborasi dengan Anime Legendaris Naruto 

Meski harus bekerja hampir setiap jam sebagai animator papan atas dan sesekali menjadi sutradara di beberapa waralaba anime populer Jepang, ia hanya dapat membawa pulang $1.400 - $3.800 (sekitar Rp19 juta - Rp52 juta) setiap bulannya.

Walau begitu, sebenarnya ia masih termasuk salah satu yang beruntung. Karena ada ribuan animator kelas bawah yang harus melakukan pekerjaan melelahkan dengan hanya memperoleh $200 (sekitar Rp2 juta) sebulan.

Upah yang terbilang pas-pasan di Jepang ini membuat pria berusia 29 tahun itu pesimis untuk membangun keluarga.

Baca Juga: Korea Selatan dan Indonesia Mencapai Kesepakatan Akhir Atas Proyek KF-X

"Saya ingin bekerja di industri anime selama sisa hidup saya," kata Akutsu dalam wawancara telepon dengan The New York Time.

"Saya tahu tidak mungkin untuk menikah dan membesarkan anak (dengan pendapatan animator)," lanjutnya.

Mirisnya, dengan pendapatan yang ngepas itu para animator Jepang justru memiliki jam kerja yang luar biasa padat.

Baca Juga: Inilah Daftar 20 Penjahat Kriminal di Manga Detective Conan Yang Paling Berkesan Menurut Para Penggemar

Untuk satu gambar saja bisa memakan waktu sampai satu jam lebih. Apalagi kalau yang dikerjakan adalah judul anime terkenal yang harus memperhatikan hingga detail terkecil sekalipun.

Akibatnya, banyak animator yang merasa tertekan dengan beban kerjanya. Tidak sedikit yang sering ketiduran dia tas meja kerjanya. Bahkan sampai masuk ke rumah sakit karena terlalu lelah.

Salah satu kasus yang pernah ramai dibicarakan adalah ketika sebuah studio animasi Jepang terkenal, Madhouse, dituduh melanggar kode etik pekerja karena mempekerjakan karyawannya selama hampir 400 jam pada tiap bulannya.

Sedihnya, para animator studio Madhouse dikabarkan terus bekerja selama 37 hari berturut-turut tanpa mendapat libur satu hari pun demi memenuhi tuntutan deadline anime.

Seolah 'belajar' dari kasus tersebut, saat ini mulai banyak studio anime yang memilih menggunakan tenaga pekerja lepas (freelance) agar tidak perlu khawatir dengan peraturan ketenagakerjaan.

Baca Juga: Anime Sword Art Online Akan Mendapatkan Film Ke-2nya

Setiap tahunnya diperkirakan ada lebih dari 200 judul anime yang diproduksi di Jepang. Oleh sebab itu, diperlukan banyak tenaga lepas untuk mengisi posisi animator.

Mirisnya, para animator lepas, terutama yang masih muda atau pemula seringkali dperlakukan semena-mena.

Tak jarang mereka bisa langsung 'dibuang' begitu saja bila dirasa sudah tidak diperlukan lagi. Padahal gaji yang dibayarkan pada para freelancer itu juga sangat rendah.

Bagian terburuknya adalah tidak sedikit animator yang akhirnya merasa stres dan tertekan dengan beban kerja berat serta gaji yang begitu rendah.

Apalagi beberapa dari mereka yang bekerja sebagai animator di Jepang justru bukan karena passion atau kecintaan terhadap anime, melainkan demi menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Hal ini kemudian menyebabkan para animator memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena terlalu merasa lelah fisik dan mental.

Baca Juga: Manga Spin-off Kakegurui Twin Mendapatkan Adaptasi Anime, Simak Sinopsisnya!

Pada tahun 2014 lalu, seorang animator laki-laki ditemukan meninggal karena bunuh diri. Berdasarkan hasil penyelidikan, ia diduga telah bekerja selama lebih dari 600 jam dalam sebulan sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Mengapa gaji animator di Jepang tetap rendah?

Ini mungkin jadi pertanyaan banyak orang. Terutama bagi mereka yang memiliki passion di bidang itu atau menyukai dunia anime.

Menurut CEO dan co-founder bitFlyer Inc, Yuzu Kano, dalam unggahan di akun Twitter miliknya (@YuzuKano), alasan mengapa jepang tidak mengalami peningkatan inflamasi global dikarenakan jumlah tenaga kerja yang tersedia di tiap sektornya sangat mencukupi.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang ada di Amerika Serikat. Membuat upah yang diberikan pada pekerjanya jauh lebih besar ketimbang di Jepang.

"Saat seluruh dunia mengalami inflasi, mengapa Jepang tidak mengalami inflasi? Saya pikir itu karena ada pasokan tenaga kerja yang besar untuk pekerjaan-pekerjaan penting. Inilah yang kurang dari Amerika Serikat. Mereka tidak memiliki cukup orang tidak hanya untuk restoran, tetapi juga untuk memotong rumput dan mengurus sampah. Jika tidak ada cukup orang, upah per jam akan meningkat," cuit Kano.

Baca Juga: Kabar Baik, Game Smartphone Arknights akan Diadaptasi Menjadi Anime!

Ia juga menambahkan bila sebenarnya banyak orang luar yang tertarik untuk bekerja di Jepang. Namun, hal itu akan membuat sektor pekerjaan jadi sangat tercukupi dan upah yang diberikan pun tidak akan pernah mengalami peningkatan.


"Namun ada cukup banyak orang yang mau bekerja di Jepang. Tapi jika banyak orang yang ingin melakukannya, upah per jam tidak akan meningkat. Ini adalah situasi di industri animasi Jepang. Produser merasa mudah untuk menyewa animator, sehingga mereka tidak perlu menawarkan gaji yang lebih baik," lanjutnya.

Inilah yang sedang terjadi di industri anime sekarang. Di mana para produser bisa dengan mudah mencari animator, baik lepas maupun tetap, sehingga mereka bisa memberikan upah yang lebih rendah.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: The New York Times Twitter @YuzuKano

Tags

Terkini

Terpopuler