Salah satu contoh toxic positivity adalah ketika seseorang dalam kondisi ditekan atau disakiti oleh orang lain namun tetap berusaha positif dan memaafkan orang tersebut.
Maksud dari berusaha positif disini sampai pada tahap dia membiarkan orang lain itu untuk terus menekan dan menyakitinya.
Contoh lain yang lebih sederhana adalah ketika seseorang berusaha memendam perasaan yang sebenarnya sedang kalut dan memaksa dirinya untuk terus positif.
Baca Juga: Indeks Harga Saham Gabungan Kamis, 19 November 2020: IHSG Dibuka Merah, Bursa Asia Kompakan
Padahal akan lebih baik jika seseorang dapat mengungkapkan perasaan negatifnya itu melalui cara-cara yang lebih sehat alih-alih memendamnya.
Toxic positivity menjadi bentuk penyangkalan emosi yang tidak kita sadari. Hal ini akan menjadi lebih buruk jika seseorang terus berada pada kondisi ini dalam waktu yang lama.
Karena hal itu akan langsung berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Baca Juga: BUMN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, Penempatan di PT Kawasan Industri Wijayakusuma
Orang-orang dengan sikap toxic positivity umumnya memiliki kecenderungan seperti overgeneralisasi keadaan, menyangkal emosi, berharap emosi langsung berganti, tidak peduli konteks dan merasa harus selalu optimis atau bahagia.
Namun kita juga tidak bisa serampangan menilai seseorang sebagai orang yang memiliki kecenderungan toxic positivity.