Awas, Bun! Inilah Bahaya Obesitas pada Anak, Bisa Picu Komplikasi, Loh

- 5 Maret 2022, 08:18 WIB
Ilustrasi obesitas pada anak bisa picu komplikasi/ ilustrasi/Pixabay/AlexisLeon)
Ilustrasi obesitas pada anak bisa picu komplikasi/ ilustrasi/Pixabay/AlexisLeon) /
 
ZONABANTEN.com - Obesitas merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, termasuk anak kecil.

Dilansir dari Kemkes, obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan terjadinya penimbunan lemak pada tubuh secara berlebihan.

Obesitas bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi. Sehingga kelebihan energi tersebut akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

dr. Winra Pratita, Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan obesitas pada anak ditandai gejala klinis berupa wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, terdapat acanthosis nigricans (bercak kehitaman di belakang leher).
 
Baca Juga: Lagu Lama BTS 'Blood Sweat & Tears' Mendapat Sertifikat Silver The UK

Selanjutnya, dadanya terlihat membusung dengan payudara membesar serta napas berbunyi (mengi). Pada bagian perut, terlihat membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.

"Pada ekstremitas sering juga tungkai berbentuk X akibat kenaikan berat badan yang sangat berlebihan dalam waktu yang singkat. Kemudian gerakan panggul terbatas, dan pada sistem reproduksi laki-laki penis tampak kecil," kata dr. Winra.

Namun, untuk pemeriksaan lebih tepatnya diperlukan pemeriksaan antropometri yang terdiri dari berat badan, panjang badan atau tinggi badan indeks massa tubuh.

Tidak hanya gejala klinis, tapi obesitas pada anak bisa menyebabkan komplikasi dari ujung kepala sama kaki.
 
Baca Juga: 35 Tahun Reza Rahadian, dari Aktor Terbaik Indonesia hingga Ketua FFI

Anak bisa lebih cepat depresi dan kehilangan percaya diri. Di bagian paru-paru, anak kemungkinan akan mengalami asma atau sleep apnea.

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama beberapa kali. Hal ini bisa diketahui ketika ia mendengkur saat tidur.

Bagian jantung, anak bisa mengalami kelainan atau kolesterolnya tinggi, serta bisa terjadi peningkatan tekanan darah.

Pada bagian hati, terjadi perlemakan, dan pada perut bisa mengalami GERD.

Selain itu, pada pankreas bisa berisiko terkena diabetes tipe 2. Pada lutut terjadi artritis atau nyeri pada sendiri.
 
Baca Juga: Mengharukan! Pengungsi Cilik Asal Ukraina Dapatkan Kejutan di Hari Ulang Tahunnya

"Dan bisa juga kakinya bengkok akibat penimbunan berat badan yang sangat masif dalam waktu yang sangat singkat. Tak hanya itu, bagian reproduksinya biasanya kalau anak perempuan bisa jadi menstruasinya tidak teratur atau mungkin lebih cepat daripada kawan-kawannya. Itu yang harus kita hindari," tutur dr. Winra.

Untuk pencegahannya, pada bayi 0-12 bulan, ibu didorong supaya memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan, kemudian anak diberikan MPASI dengan cara yang benar.
 
Orang tua juga harus menawarkan makanan baru secara berulang untuk menghindari minuman manis.

Ibu harus menghindarkan anaknya dari minuman manis, hindari konsumsi jus dan kental manis yang berlebihan pada usia 12-24 bulan.
 
Baca Juga: BTS Pecahkan 3 Guinness World Record untuk Jumlah Pengikut Tertinggi di Sosmed

Setiap anggota keluarga membiasakan makan bersama di meja makan, kemudian mematikan televisi selama proses makan.

"Yang harus diperhatikan, orang tua tidak boleh membatasi jumlah makan tapi memastikan bahwa makanan yang tersedia sehat serta disertai buah dan sayuran. Makanan selingan hanya diberikan sebanyak 2 kali dan hanya menawarkan air putih bila haus bukan minuman manis," ucap dr. Winra.

Kemudian, anak tidak boleh diberikan makanan berkalori tinggi sebagai cemilan, anak diberi kesempatan untuk bergerak aktif, bermain di luar rumah.
 
Batasi penggunaan TV, tidak meletakkannya di kamar tidur anak, lalu orang tua juga harus menjadi model bagi anak.
 
Baca Juga: Krisis Ukraina Sebabkan Perusahaan di Berbagai Bidang Berikan Sanksi Kepada Rusia

"Hargai selera makan anak, jadi anak harus diberi makanan sesuai rasa lapar dan rasa kenyang anak. Tidak memaksakan harus habis satu porsi," tuturnya.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Kemkes


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x