5 Rahasia Mengejutkan dari Para Terapis Trauma Healing yang Tidak Banyak Diketahui Orang

- 10 Januari 2022, 19:57 WIB
Ilustrasi trauma healing
Ilustrasi trauma healing /Jason Goodman/Unsplash

Trauma sekunder adalah kondisi serius. Karena tidak hanya berdampak pada terapis, tetapi juga semua klien di bawah perawatan mereka. Akibat risiko ini, para terapis trauma biasanya harus menjalani healing.

“Memproses pengalaman traumatis orang lain secara konsisten, tanpa perawatan diri yang tepat, dapat menyebabkan konsekuensi negatif bagi profesional kesehatan mental. Mengalami respons trauma, kelelahan emosional, dan keletihan karena paparan yang konsisten terhadap trauma orang lain adalah mungkin tetapi tidak dapat dihindari dengan perawatan diri yang baik dan jaringan dukungan sosial yang sehat,” ujar Dr. LaRonda Starling.

Baca Juga: Kenali Gejala-Gejala Rape Trauma Syndrome (RTS) pada Korban Kekerasan Seksual

5) Mengikuti terapi

Tidak sedikit dokter, terutama terapis trauma, yang sering juga menghadiri terapi seperti para pasiennya.

“Beberapa terapis terbaik mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan. Untuk menjadi terapis yang baik, Anda harus tahu bagaimana rasanya berada di sisi lain sofa. Dan seorang terapis yang hebat selalu bekerja pada dirinya sendiri,” kata Dana Carretta-Stein, Licensed Professional Counselor (LPC).

Ada terapis yang memang menjalaninya selama bertahun-tahun. Sementara yang lain menghadiri terapi tergantung kebutuhan mereka saja.

“Ketika kita berpikir tentang perawatan diri sebagai terapis, itu harus menjadi pendekatan holistik termasuk pikiran, tubuh, dan jiwa,” kata Dr. Starling.

“Cara apa yang lebih baik untuk merawat pikiran Anda selain pergi ke terapi untuk memastikan kesehatan mental Anda sendiri yang baik? Dengan cara ini terapi dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan atau sebagai cara aktif untuk menangani gejala dan masalah kita sendiri. Saya melihatnya sebagai seorang pelatih pribadi yang juga memiliki waktu mereka di gym atau dokter yang pergi ke pemeriksaan tahunan mereka sendiri,” jelasnya lagi.***

Halaman:

Editor: Siti Fatimah Adri

Sumber: Psychology Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x