Anxiety Pasca Pandemik COVID-19 Dunia, Sebuah Harapan yang Diselimuti Ketakutan

- 7 September 2021, 19:31 WIB
Anxiety Pasca Pandemik COVID-19 Dunia, Sebuah Harapan yang Diselimuti Ketakutan
Anxiety Pasca Pandemik COVID-19 Dunia, Sebuah Harapan yang Diselimuti Ketakutan /rottonara/Pixabay

ZONABANTEN.com – Pandemi masih menjadi kekhawatiran nomor satu dunia saat ini. Namun, banyak orang yang telah berpikir ke depan tentang akan seperti apa dan bagaimana menjalani kehidupan setelah pandemi, dengan harapan yang bercampur ketakutan.

Para ahli mengatakan, anxiety akibat pandemik bukanlah hal yang mengejutkan, dan tentu ada cara-cara untuk mengatasi hal tersebut.

Kehidupan Pasca Pandemi

Akhir dari pandemic COVID-19 semakin dekat. Banyak orang yang terus divaksinasi setiap harinya, dan kita akan menuju Herd Immunity atau kekebalan kelompok.

Baca Juga: Persiapkan Prembelajaran Tatap Muka, Kuba Jadi Negara Pertama Suntik Vaksin Covid-19 Pada Anak Usia 2 Tahun

Namun, ketika kita menghabiskan tahun mengencarkan program vaksinasi untuk membuka pintu ke masa depan yang bahagia, kenyataannya itu adalah suatu hal yang berbeda bagi sebagian orang.

Perasaan stress dan anxiety yang melanda mereka selama pandemi berubah menjadi ketakutan dan kecemasan tentang kehidupan setelah pandemi.

Survei American Psychological Association terhadap 3.000 orang dewasa Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa 46 persen diantaranya merasa tidak nyaman untuk kembali menjalani kehidupan seperti dulu sebelum pandemik.

Kemudian, 49 persen orang dewasa dalam survey yang sama melaporkan merasa tidak nyaman untuk kembali berinteraksi secara langsung setelah pandemi berakhir. Bahkan 48 persen peserta survey yang sudah divaksinasi memiliki perasaan yang sama.

Baca Juga: PTSD, Post Traumatic Stress Disorder: Setiap Lonajakan Covid-19, Mental Nakes Terancam!

Memasuki “New Normal”

Pernyataan bahwa kita akan kembali normal tidak sepenuhnya akurat. Menurut Jane Greer , terapis pernikahan dan keluarga di New York.

“Jumlah kasus masih naik, masyarakat diimbau pakai masker, social distancing juga tetap penting,” ujarnya.

“Jadi apabila langkah-langkah dan protokol kesehatan masih ada, berarti segalanya masih tidak normal,” lanjutnya.

Norma baru bisa saja memungkinkan lebih banyak aktivitas dan kemampuan untuk keluar di sarana umum.

“Namun, itu bukanlah kehidupan lama seseorang, jadi itu akan menjadi hal pertama baginya,” kata Greer.

Baca Juga: Angka Covid-19 Melambung Tinggi, Stok Vitamin C Kian Menipis, Konsumsi Buah Papaya Bisa Jadi Penggantinya!

Paul Hokemeyer, seorang psikoterapis klinis dan konsultan di New York dan penulis Fragile Power : Mengapa Segalanya Tidak Pernah Cukup, juga setuju. Dia mengatakan sangat normal untuk merasakan kecemasan saat dunia kembali normal karena kita tau gagasan untuk kembali normal adalah bohong.

“Itu adalah fiksi yang kita katakan pada diri sendiri untuk tetap berharap,” katanya.

“Jauh di lubuk hati sebenarnya kita tahu bahwa dunia yang kita tinggalkan ketika COVID-19 melanda tetap tidak stagnan. Itu berubah secara radikal, sama seperti kita dan hidup kita berubah.” Lanjutnya.

Perpecahan antara apa yang ingin kita percayai dan apa yang kita ketahui sebagai kebenaran menyebabkan ketidaknyamanan yang bermanifestasi sebagai anxiety atau kecemasan.

Mengapa Orang-Orang Cemas Tentang Dunia Setelah Pandemi?

Sulit untuk mengukur banyak alasan berbeda yang membuat orang merasa cemas tentang pembukaan kembali dunia, tetapi alasan yang jelas adalah bahwa masih ada krisis kesehatan dunia yang sedang terjadi.

Seorang neuropsikolog dan anggota fakultas di Universitas Columbia di New York City Sanam Hafeez, MD mengatakan, beberapa orang mungkin juga merasa cemas tentang kemanjuran vaksin.

Baca Juga: 6 Cara Mudah Menjaga Kesehatan Jantung di Tengah Pandemi Covid-19

Ketakutan Akan Hal yang Tidak Diketahui

Pada awalnya, ada ketakutan tentang perubahan yang datang seiring dengan pandemik yang melanda. Sekarang ketakutan tersebut bergulir pada bagaimana kehidupan setelah pandemik akan datang.

“Kecemasan datang dari ketidaktahuan, sedangkan ketika kita melakukan hal yang sama setiap hari, kemudian kita tahu persis apa yang kita lakukan, kemana kita akan pergi, pasti kita akan merasa nyaman dengan rutinitas kita,” kata Greer.

Kecemasan Menyertai Perubahan

Sampai batas tertentu, orang-orang beradaptasi dengan kehidupan pandemi dan sekarang perlu beradaptasi lagi. Itu menimbulkan perubahan, dan tidak ada satupun yang bisa menanganinya.

Ada juga fakta bahwa beberapa orang yang kini mulai kembali ke rutinitas lama mereka justru merasakan hal yang terasa baru atau asing. Karena orang-orang telah beristirahat sangat lama terhadap aktivitas yang mereka lakukan sebelumnya.

Baca Juga: Penanganan Kasus Covid-19 Indonesia Buat Malaysia Heran, Kok Bisa Kasus Cepat Turun, Padahal Populasi Tinggi?

Meninggalkan Kenyamanan Rumah

Selain itu, beberapa orang justru merasa cemas akan kehilangan sebagian manfaat dari pandemik. Seperti waktu yang berharga di rumah bersama keluarga dan pekerja kantoran yang beralih menjadi Work From Home (WFH).

Hidup melalui pandemic menempatkan banyak perspektif dalam kehidupan, dan kita mungkin bisa memaknai hal-hal seperti waktu sosial dengan cara yang berbeda. Menurut Dr. Hafeez, orang Introvert lebih rentan mengalami kecemasan sosial tentang pembukaan kembali dunia.

Membiasakan diri dengan interaksi sosial kembali ini akan memakan waktu yang tidak singkat.

Lagi pula, selama COVID-19, mereka terbiasa menghindari bersosialisasi tanpa khawatir tentang tekanan eksternal untuk muncul di khalayak umum. Namun, ini merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: The Healthy


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah