Shannon Wong Alami Kekerasan Fisik dan Verbal, Ternyata Iniloh Efek Kekerasan Pada Anak

- 1 Februari 2022, 12:13 WIB
Shannon Wong mengakui alami kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orang tuanya
Shannon Wong mengakui alami kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orang tuanya /Instagram/shannonnwong

ZONABANTEN.com - Jagat internet kembali heboh lantaran Shannon Wong, kekasih dari Athalla Naufal, yang memposting video cekcok dengan Ayahnya, di Instagram miliknya pada 31 Januari 2022.

Dalam video tersebut terlihat seorang pria yang diduga ayah Shannon Wong, sedang menahan leher seorang wanita yang diduga Shannon, sembari berteriak dan membentak-bentak.

Melalui caption postingan video tersebut, Shannon Wong menjelaskan bahwa dirinya telah mengalami kekerasan secara fisik dan verbal oleh ayahnya, selama 12 tahun.

Shannon Wong juga mengakui bahwa perlakuan tersebut telah membuat dirinya mengidap sejumlah masalah psikologis seperti depresi, anxiety, trichotillomania disorder, dan self harm.

Baca Juga: Rihanna dan A$AP Rocky Nantikan Kelahiran Anak Pertama

Di Indonesia, kekerasan kerap dilakukan orang tua pada anak sebagai bentuk hukuman terhadap pelanggaran. Tetapi ini terkadang dimanfaatkan sebagai bentuk pelampiasan kemarahan.

Seto Mulyadi pernah mengatakan bahwa orang tua seringkali menganggap anak sebagai hak milik dan juga komunitas kelas bawah. Sehingga orang tua merasa berhak memperlakukan anak sesuai keinginan mereka.

Seperti dalam kasus Shannon Wong, kekerasan fisik dan verbal sering berdampak pada pelecehan emosional.

Orang tua terkadang tidak menyadari bahwa tindakan yang diperbuatnya mungkin dapat mengarah pada pelecehan emosional.

Baca Juga: Dorce Gamalama Tegur Balik Buya Yahya dan Ulama Lain Terkait Wasiat Pemakaman: Siapapun Boleh Memandikan Saya!

Berdasarkan Healthline.com, Ada beberapa tindakan orang tua yang dapat mengarah pada pelecehan emosional

Misalnya saja berteriak, mengganggu, menghina, mempertanyakan kewarasan anak (gaslighting), menyerang privasi, menghukum karena tidak sesuai ekspektasi orang tua, mengontrol, mengisolasi anak, serta ancaman halus dan terbuka.

Pelecehan emosional seringkali berdampak pada psikologi anak yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.

Adapun gangguan psikologi yang dapat diterima anak akibat pelecehan emosional adalah kebingungan, takut, keputusasaan, dan malu.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini , Selasa 1 Februari 2022: Buku Harian Seorang Istri, Dewi Rindu, Suster El

Adapun pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari adalah sulitnya berkonsentrasi, murung, ketegangan otot, mimpi buruk, detak jantung cepat, dan timbulnya rasa sakit dan nyeri.

Sementara pengaruhnya terhadap efek jangka panjang adalah kecemasan, sakit kronis, perasaan bersalah, insomnia, dan penarikan diri terhadap lingkungan sosial atau kesepian.

Jika kekerasan demikian sering dilakukan pada anak, maka hal yang mungkin jika gangguan tersebut dapat mengarah pada penyakit psikologi yang lebih kronis, misalnya PTSD.

PTSD atau gangguan stres pasca trauma, biasanya terjadi ketika adanya peristiwa yang menakutkan dan mengejutkan.

Baca Juga: Ganti Baju, Ini Alasan Minnie Mouse Tukar Gaun Ikoniknya Dengan Pantsuit!

Dokter dapat mendiagnosa seseorang sebagai PTSD jika tingkat stres ataupun ketakutan yang tinggi , yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Untuk mencegah terjadi kekerasan pada anak, Kak Seto pernah mengungkapkan bahwa paradigma orang tua terhadap anak harus mulai diubah.

Jika sebelumnya orang tua merasa bahwa anak adalah hak miliknya, maka ini harus dibalik dimana orang tua harus mendahulukan hak anak.

Ini karena orang tua adalah garda terdepan bagi anak untuk melindungi hak-hak mereka.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Healthline Parenting.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah