Dampak TikTok Shop, Pedagang di Kabupaten Serang Mengaku Usahanya Ambruk, Terpaksa Banting Setir

- 3 Oktober 2023, 11:58 WIB
Dampak TikTok Shop, pedagang di Kabupaten Serang mengaku usahanya ambruk, terpaksa banting setir.
Dampak TikTok Shop, pedagang di Kabupaten Serang mengaku usahanya ambruk, terpaksa banting setir. /Freepik

ZONABANTEN.com – Kemunculan TikTok Shop dan online shop lainnya membuat sejumlah pedagang di Pasar Ciruas, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, harus memutar otak untuk bertahan hidup. Pasalnya, pendapatan mereka kini menurun drastis bahkan terancam bangkrut karena dagangan mereka tak lagi dilirik pembeli.

Hendra (50 tahun), salah satu pedagang di Pasar Ciruas, terpaksa banting setir. Dirinya yang telah berjualan kerudung sejak tahun 1996 kini beralih menjual nasi uduk dan lontong sayur. Hendra mengaku kemunculan TikTok Shop membuat usahanya ambruk, salah satu toko kerudungnya bahkan terpaksa ditutup.

“Berhenti sejak TikTok keluar, waktu Covid-19 nggak terlalu pengaruh. TikTok dan online shop muncul, ambruk (usaha saya),” katanya.

Sementara itu, toko kerudungnya yang lain masih dikelola sang istri, tetapi terancam gulung tikar karena para pelanggannya kini lebih memilih untuk berbelanja melalui online shop, sehingga toko Hendra semakin hari semakin sepi pembeli.

“Istri masih jualan di dalam, jual kerudung. Kalau nggak buka (jual) kerudung, buat besok (makan) pakai apa, yang satunya sudah goyang (hampir bangkrut), makanya sebelum jatuh cari batu loncatan, jangan sampai tiarap dulu,” ujarnya.

Baca Juga: Dampak Kemarau Panjang, Harga Beras di Kabupaten Serang Diprediksi Terus Meningkat

Hendra kini mantap berjualan nasi uduk dan lontong sayur setelah jatuh bangun menjajakan beragam jenis makanan. Mulai dari es campur, es coklat, es kelapa muda, hingga bakso. Namun, semua usahanya itu gagal total dan Hendra akhirnya memilih untuk meneruskan usaha sang mertua.

“Akhirnya saya jalanin usaha mertua saja (jualan nasi uduk dan lontong sayur). Istri sama mertua yang masak, saya jualan saja,” tuturnya.

Hendra mengaku baru seminggu berjualan sarapan pagi. Dirinya pun memilih untuk menjadi pedagang kaki lima (PKL) dengan berjualan di sekitar trotoar, sebab biaya sewa toko di wilayahnya terbilang mahal, di atas Rp5 juta.

“Yang penting usaha tenang, daripada sewa toko juta-juta, karena bukan satu dua di jalan-jalan di sini banyak sebulan buka toko terus tutup, kan kasihan,” ucapnya.

Halaman:

Editor: Rismahani Ulina Lubis

Sumber: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x