Reaksi Emosi Yang Dapat Muncul Saat Pandemi Covid-19, Oleh : dr. Lahargo Kembaren, SpKJ*

- 4 Mei 2020, 23:49 WIB
dr.Lahargo Kembaren, SpKJ adalah seorang Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS. Siloam Bogor
dr.Lahargo Kembaren, SpKJ adalah seorang Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS. Siloam Bogor //ISTIMEWA

Krisis seperti pandemi Covid-19 ini dapat memunculkan berbagai reaksi emosi. Salah satu reaksi emosi yg bisa terjadi saat situasi yg tidak diharapkan adalah marah.

Beberapa contoh reaksi marah yang sering terjadi pada saat pandemi ini antara lain marah saat ditegur melanggar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), marah pada warga yg melanggar aturan.

TANGKAPAN layar seorang pria mengamuk saat petugas meminta istrinya dipindahkan posisi duduk ke belakang di mobilnya.*
TANGKAPAN layar seorang pria mengamuk saat petugas meminta istrinya dipindahkan posisi duduk ke belakang di mobilnya.*

Sebenarnya dibalik emosi dan perilaku marah ada penyebab yang mendasarinya, seperti  perasaan sedih, kecewa, frustasi , perasaan tidak aman dan nyaman, penolakan, serta rasa takut.

Semua perasaan itu akan mengaktifkan Amigdala, bagian otak yang mengontrol emosi. Selanjutnya amigdala akan mengaktifkan Hipotalamus ,Pituitary Gland (hipofisis) ,Adrenal Gland dan Hormon Stres.

Hormon stress terdiri dari Cortisol, Adrenaline, Noradrenaline.

Peningkatan hormon stres Cortisol dapat menyebabkan banyak sel saraf yang mati.

Baca Juga: Tidak Mau Ikut Aturan PSBB Di Bogor, Seorang Pria Protes Ke Bima Arya

Sel syaraf yang mati itu terutama pada bagian:

- Prefrontal Cortex (PFC), bagian otak yang penting bagi seseorang dalam membuat suatu keputusan yang baik dan perencanaan tindakan. Gangguan pada area otak ini menyebabkan orang yang marah sering membuat keputusan buruk yang kemudian disesalinya.

- Hipokampus, bagian otak yang mengatur memori. Ini menyebabkan orang yang marah tidak ingat apa yang diucapkan dan dilakukannya.

Peningkatan hormon stres  Cortisol akan mengurangi hormon serotonin dalam otak, yaitu hormon yang membuat seseorang bahagia.

Baca Juga: Pria Yang Memarahi Petugas PSBB Bogor, Teman Satu SMA Bima Arya

Penurunan hormon serotonin ini akan menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah marah, sensitif, galau, dan bisa berujung pada tindakan agresi atau perilaku kekerasan. Tidak jarang kemudian juga menjadi depresi.

Hormon stres yang meningkat karena marah tadi pun bisa mempengaruhi berbagai sistem organ di dalam tubuh, seperti:

- sistem kardiovaskuler: tekanan darah dan denyut jantung meningkat, glukosa darah meningkat. Apabila marah tersebut berlangsung lama dan terus menerus maka gangguan pada sistem kardiovaskuler ini dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.

- sistem imun akan menurun sehingga menyebabkan orang sering marah mudah terkena penyakit

Baca Juga: Keluarga Asal Demak Nyaris Kelaparan Di Bandung, Ganjar Kirim Bantuan

- tekanan pada bola mata meningkat sehingga orang yang marah sering merasa migrain atau sakit kepala

- densitas tulang menurun

- sistem pencernaan terganggu

Marah yang terlalu hebat dan terus menerus berulang jelas akan sangat mengganggu.

Lakukan Anger Management/ manajemen marah untuk dapat mengontrol marah agar tidak terjadi hal yg merugikan. Langkah - langkahnya sebagai berikut :

Baca Juga: Mudik Sembunyi Dibalik Tumpukan Kerupuk, Ketahuan Petugas Di Merak

- Kenali 'triggers' yang memicu marah dan menghindarinya

- Time Out, tinggalkan segera situasi, keadaan, tempat saat marah terjadi, tenangkan diri sampai terjadi 'cooling down'

- Tarik nafas dalam beberapa kali, untuk memberi kesempatan saraf otak mendapatkan oksigen sehingga menjadi lebih relax

- Distract, alihkan dengan melakukan kegiatan yang menggunakan energi seperti berolahraga, bermain musik, membersihkan, jalan, dll

Baca Juga: Youtuber Ferdian Paleka Digruduk Warga Gara-Gara Video Prank Sembako

- Berbicara dengan orang yang mau mendengarkan dengan baik supaya terjadi ventilasi

- Cari hal hal yang menggembirakan, lucu dan menyenangkan, seperti menonton film,mendengarkan musik yang easy listening, ngobrol dengan teman.

- Konseling, konsultasikan ke profesional bila sulit mengatasi marah karena ada intervensi khusus yg bisa diberikan.

Konsultasi pada profesional kesehatan jiwa seperti Psikiater, Perawat Jiwa, Psikolog, Dokter umum terlatih akan mempercepat proses pemulihan marah yang terlalu berlebihan.

Tujuan akhir dari manajemen marah bukanlah untuk menghilangkan marah tapi untuk memahami amarah yg muncul dan memilih cara yg sehat untuk meresponnya *** 

 

*dr.Lahargo Kembaren, SpKJ adalah seorang Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS.dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor dan RS. Siloam Bogor

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x