Heboh! Match Fixing, Kecurangan Memalukan dalam Dunia Sepakbola

- 11 Januari 2022, 17:06 WIB
Match Fixing Kecurangan Memalukan dalam Dunia Olahraga
Match Fixing Kecurangan Memalukan dalam Dunia Olahraga /pexels

ZONABANTEN.com – Ramai pemberitaan tentang 45 pemain sepakbola Laos yang dihukum tidak boleh bermain seumur hidup akibat match fixing. Hukuman tersebut dijatuhkan induk sepakbola dunia FIFA.

Kasus match fixing bukan sekali ini terjadi. Salah satu yang menggemparkan dunia adalah kasus match fixing yang dilakukan raksasa Italia, Juventus.

Si Nyonya Tua terbukti melakukan match fixing dengan mempengaruhi penunjukan wasit periode 2004-2005. Akibat skandal tersebut, Juve harus rela melepas 2 mahkota juara Liga Italia tahun 2005 dan 2006.

Juventus juga harus turun kasta ke Serie-B atau divisi 2 Italia. Kasus tersebut bukan hanya melibatkan Bianconeri. Sejumlah tim seperti AC Milan, Fiorentina, Lazio dan Reggina juga diberitakan terlibat.

Baca Juga: Kasus investasi bodong Menelan kerugian Rp11 triliun, Alvin Lim: Perlu Ada Perhatian Pemerintah

Lalu, apakah Match Fixing itu? Berikut ZONABANTEN.com berikan penjelasannya:

Dikutip ZONABANTEN.com dari laman resmi FIFPro, Match Fixing atau pengaturan pertandingan adalah manipulasi ilegal dari hasil pertandingan olahraga, atau elemen pertandingan, seperti lemparan ke dalam, tendangan penalti, tendangan sudut, atau kartu kuning tertentu.

Alasan paling umum dalam match fixing adalah untuk mencapai keuntungan finansial melalui aktivitas taruhan atau judi.

Jika hasil pertandingan ditentukan sebelum dimulai, pengatur pertandingan dapat memenangkan banyak uang sebab taruhan yang mereka pasang keseluruhannya benar.

Baca Juga: Pneumoconiosis: Akibat Terlalu Sering Menghirup Debu

Pengaturan pertandingan tidak selalu tentang taruhan. Ada juga pengaturan pertandingan bermotivasi olahraga.

Biasanya, match fixing dengan motif olahraga dilakukan untuk memenangkan pertandingan atau kompetisi, lolos ke kompetisi atau mencegah degradasi. Kasus non-taruhan ini terjadi jauh lebih sedikit daripada kasus pengaturan pertandingan terkait taruhan.

Match Fixing yang terkait dengan taruhan sebagian besar diatur oleh anggota kelompok kejahatan terorganisir (mafia). Menurut Europol, mereka sering beroperasi secara internasional.

Kelompok-kelompok ini tidak hanya terlibat dalam pengaturan pertandingan, tetapi juga dalam jenis kejahatan lain seperti pencucian uang, perdagangan narkoba, pemerasan, kejahatan properti. Mereka juga memiliki jaringan koneksi yang luas dalam olahraga.

Baca Juga: Angka Kematian Covid 19 Capai 11.606, Pemerintah Nepal Mulai Ambil Sikap

Kelompok kejahatan terorganisir ini menganggap match fixing sebagai keuntungan tinggi dengan risiko rendah.

Bahkan beberapa penjahat (mafia) membeli klub sepak bola untuk memudahkan bisnis mereka dan melakukan match fixing.

Menurut Europol, kurang dari 1% pertandingan sepak bola diduga telah dipengaruhi match fixing.

Terlepas dari itu, sepak bola sejauh ini merupakan olahraga yang paling ditargetkan oleh kejahatan terorganisir internasional. Rata-rata, satu dari sepuluh pemain akan didekati selama kariernya.

Baca Juga: China dan Filipina Tunda Impor Daging Sapi dari Kanada Setelah Kasus BSE

Para mafia sering memiliki orang yang bekerja untuk mereka yang mendekati pemain, pelatih, wasit atau eksekutif klub untuk melakukan match fixing.

Orang-orang ini (juga disebut runners) bisa jadi merupakan penjahat lain, tetapi bisa juga berasal dari mantan pemain atau agen pemain.

Pelaku match fixing biasanya memilih untuk menargetkan pertandingan di mana risiko tertangkap lebih kecil. Misalkan kompetisi tingkat rendah yang memiliki liputan media lebih sedikit dan lebih sedikit penonton.

Liga tingkat rendah memiliki pemain dengan gaji lebih rendah. Tentunya perangkat dan mereka yang terlibat dalam pertandingan lebih mudah didekati dan lebih rentan terhadap suap.

Baca Juga: Cadaver Synod, Kisah Pengadilan Jenazah Seorang Paus Oleh Penerusnya

Setiap pemain bisa menjadi target. Namun, beberapa pemain bisa lebih rentan didekati pengatur pertandingan.

Misalkan pemain yang tidak dibayar untuk waktu yang lama dan/atau mengalami kesulitan keuangan. Pemain juga bisa lebih rentan terhadap suap karena kecanduan game, taruhan, atau narkoba.

Para mafia sering mencari pemain dengan peran khusus dalam tim, seperti penjaga gawang atau bek. Hal tersebut disebabkan mereka lebih mudah kebobolan gol tanpa menimbulkan kecurigaan.

Demikian sedikit penjelasan tentang Match Fixing. Semoga Bermanfaat.***

Editor: Bunga Angeli

Sumber: fifpro.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x