Menurut Menteri ESDM, tantangannya adalah memanfaatkan berbagai sumber energi yang dimiliki oleh Indonesia, baik yang berbasis hidrokarbon maupun energi terbarukan yang bersih.
Sudah ada sejumlah program yang dilaksanakan Kementerian ESDM, seperti pembangunan infrastruktur interkoneksi ketenagalistrikan, infrastruktur gas bumi, eksplorasi gas alam secara masid, program phase down PLTU, PLTS Atap dan Terapung, pengembangan PLTP dan PLTA, ekosistem kendaraan listrik, dan pilot project CCS/CCUS yang ditargetkan beroperasi pada 2030.
Soal biaya, sudah ada beberapa inisiatif, yakni JETP, AZEC, dan IPEP yang tengah berlangsung. Namun, masih diperlukan dukungan finansial lebih jauh untuk mempercepat pencapaian NZE.
“Pengembangan teknologi pada skala industri perlu untuk diakselerasi dan dipermudah, untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia memperluas hilir industri pengolahan mineral untuk membangun ekosistem dan rantai pasokan yang mendukung transisi energi, serta menciptakan lapangan kerja baru,” jelas Menteri Arifin.
Indonesia juga mendorong hilirasasi komoditas tambang mineral yang mendukung pengembangan ekosistem energi baru dan terbarukan.
Selain itu, transisi ke kendaraan listrik dianggap sebagai strategi utama untuk melakukan dekarbonisasi transportasi jalan raya dengan manfaat ganda, yaitu mengurangi emisi sekaligus mendukung dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan.
Terakhir, Arifin menyampaikan bahwa program transisi energi bersih harus memberikan dampak yang positif kepada masyarakat.
“Kerjasama antar negara maju, berkembang, dan tidak berkembang harus diperkuat untuk saling mengisi kesenjangan, supaya no one left behind,” pungkasnya.***