Detik-detik Tragedi Berdarah G30S PKI di Kediaman Jenderal Ahmad Yani

- 1 Oktober 2020, 07:55 WIB
Tugu Pahlawan Revolusi di Monumen Pancasila Sakti.
Tugu Pahlawan Revolusi di Monumen Pancasila Sakti. /IG @monumenpancasilasakti

Untung Mufreni A. Yani, yang juga putra dari Jenderal Ahmad Yani melanjutkan cerita detik-detik ayahnya tertembak mengatakan bahwa pada waktu itu dengan sangat kasarnya Cakrabirawa berkata kepada Jenderal Ahmad Yani bahwa dirinya dipanggil presiden saat itu juga.

Saat itu pula, terjadi pertengkaran antara Jenderal Ahmad Yani dengan pasukan Cakrabirawa yang berujung pada Jenderal Ahmad Yani memukul salah satu prajurit tersebut dengan senjatanya, lantas kemudian mengembalikan senjata tersebut kepada prajurit Cakrabirawa.

Baca Juga: Pelaku Vandalisme di Musholla Pasar Kemis Kabupaten Tangerang, Diringkus Polisi

"Jadi waktu bapak di belakang itu saya sendiri berdiri di dalam. Mas edi ada di belakang. Dengan sangat kasarnya cakrabirawa itu bilang bapak dipanggil presiden dan sekarang juga. Bapak saya tuh pakai piyama. kan tidak mungkin menghadap presiden pakai piyama. sehingga terjadi pertengkaran antara seorang prajurit dengan pemimpinnya. Karena marah, bapak saya memukul salah satu prajurit cakrabirawa itu. Nah setelah terjatuh, senjatanya dipegang terus dikasihkan lagi ke cakrabirawa itu, bapak masuk ke pintu kaca itu".

Tak lama setelah itu, Jenderal Ahmad Yani masuk ke dalam rumah dan menutup pintu kaca. Tak lama terdengar suara rentetan tembakan, Jenderal Ahmad Yani terjatuh.

Baca Juga: Bantuan BLT Subsidi Gaji Anda Sudah Cair? Tahap 4 Baru Disalurkan 46,65 Persen

Putra Jenderal Ahmad Yani menceritakan bahwa mereka mengikuti ayahnya yang diseret hingga keluar rumah. Mereka hanya mengikuti sampai pintu belakang rumah saja, pada saat itu sudah dihadang oleh pasukan Cakrabirawa yang menodongkan senjata dan berkata bahwa siapapun yang keluar akan ditembaknya.

Kejadian ini menyisakan pilu yang mendalam bagi keluarga Jenderal Ahmad Yani yang merupakan saksi dari kejadian itu.

Untung Mufreni juga berpesan bahwa tragedi tersebut merupakan tragedi berdarah yang harus tetap dikenang agar tak terjadi kembali di kemudian hari.*** (Avilia Primaturin)

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Jurnal Presisi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x