Pramoedya Ananta Toer, Kisah Suram Bangsawan di Masa Penjajahan dan Rezim Otoriter

- 22 September 2020, 14:14 WIB
PRAMOEDYA Ananta Toer/DOK. PR
PRAMOEDYA Ananta Toer/DOK. PR /

Beliau sudah menjadi penulis mapan sebelum dipenjara dan karya politiknya yang semakin kritislah yang membuatnya menjadi sasaran pemerintah.

Baca Juga: Waspada! Cuaca Ekstrem Selama Pancaroba Terjadi di Wilayah Ini

Oleh karena itu, para penculiknya secara khusus menolak dia menulis alat sebagai bagian dari hukumannya.

Tidak gentar, dan takut dia tidak akan pernah bisa lagi menulis, Pramoedya menyusun tetraloginya secara lisan, menceritakan kisah itu secara angsuran kepada pendengar sesama tahanan, selama satu setengah dekade di penjara.

Mengingat keadaan di mana Pramoedya membuat cerita-cerita ini, ada kritik yang berbeda terhadap rezim Suharto yang tersirat dalam tulisan-tulisan ini.

Baca Juga: Hadapi Banjir di Jakarta, Personel Damkar Disiagakan

Sementara novel-novel tersebut mengeksplorasi aspek-aspek kemanusiaan yang lebih gelap.

Pesan Pramoedya pada akhirnya adalah pesan yang positif, keyakinan pada belas kasih, martabat, dan potensi umat manusia untuk menjadi hebat dalam menghadapi kesulitan yang luar biasa.

Meskipun Pramoedya dibebaskan pada 1979, baru pada 1999 larangan menulis dan bepergiannya dicabut.

Baca Juga: Empat Orang Diperiksa Polisi, Buntut kaburnya Terpidana Mati Asal China Dari Lapas Kelas I Tangerang

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: theculturetrip.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x