Kedua, jadikan negara berkembang sebagai bagian dari solusi. Keketuaan Indonesia pada konferensi internasional telah menghasilkan sejumlah aksi dan pandangan menghadapi perubahan iklim global.
“Keketuaan Indonesia di ASEAN telah wujudkan taksonomi ASEAN. Presidensi G20 Indonesia membentuk skema pembiayaan campuran dan platform negara. Bursa karbon Indonesia juga sudah beroperasi sejak September lalu,” lanjutnya.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Tiba di Dubai, Akan Hadiri WCAS COP28 dan Sejumlah Pertemuan Bilateral
Presiden juga menekankan pentingnya kohesivitas dan inlusivitas dalam pemenuhan agenda global.
Kepala Negara RI mendorong inventarisasi global dapat merefleksikan kebutuhan pendanaan negara berkembang, serta komitmen negara dari negara maju yang belum terpenuhi.
“Struktur pendanaan loss and damage jangan berbentuk hutang yang membebani, dan harus mudah diakses,” tuturnya.
Selain itu, transparansi dan kepastian dalam target pendanaan baru secara kolektif harus dilakukan dengan didukung sumber daya dan teknologi yang memadai.
“Melalui upaya kita bersama, G77 and China dapat menjadi motor penggerak agenda iklim dunia,” tandas Presiden.***