Di Yogyakarta, Sulianti terjun sebagai dokter perjuangan. Mengirim obat-obatan ke gerilyawan republik, dan terlibat dalam organisasi Wanita Pembantu Perjuangan, Organisasi Putera Puteri Indonesia, dan KOWANI.
Pada tahun 1947, Sulianti ikut delegasi KOWANI ke New Delhi, menghadiri Konferensi Perempuan se-Asia.
Saat NICA menyerang Yogyakarta, pada Desember 1948, Sulianti termasuk dalam daftar panjang para pejuang kemerdekaan yang ditahan, dan dipenjara selama dua bulan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sulianti Saroso kembali bekerja di Kementerian Kesehatan.
Ia meraih beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris.
Pulang ke Indonesia pada 1952, ia telah mendapatkan Certificate of Public Health Administration dari Universitas London.
Setelahnya, ia ditempatkan di Yogyakarta sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Sulianti langsung melakukan penggalangan dukungan publik untuk program kesehatan ibu dan anak, terutama pengendalian angka kelahiran lewat pendidikan seks dan program Keluarga Berencana (KB).
Sulianti Saroso berjasa dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta program KB.