Fenomena Langit Langka Komet Hijau Akan melintas, Sekali Dalam 50 RIbu Tahun

- 1 Februari 2023, 23:56 WIB
Sebuah komet hijau bernama Komet C/2022 E3 (ZTF), terakhir melewati planet Bumi, sekitar 50.000 tahun yang lalu dan diharapkan paling terlihat oleh pengamat bintang pekan ini, terlihat melakukan perjalanan puluhan juta km jauhnya dari Bumi, gambar teleskop ini diambil pada 28 Januari 2023.
Sebuah komet hijau bernama Komet C/2022 E3 (ZTF), terakhir melewati planet Bumi, sekitar 50.000 tahun yang lalu dan diharapkan paling terlihat oleh pengamat bintang pekan ini, terlihat melakukan perjalanan puluhan juta km jauhnya dari Bumi, gambar teleskop ini diambil pada 28 Januari 2023. /Foto: DAN BARTLETT via REUTERS/via REUTERS

ZONABANTEN.com - Fenomena langka alam akan terjadi pada awal bulan Februari ini. Pasalnya,  Komet C/2022 E3 (ZTF) atau juga dikenal dengan komet hijau akan melintas  pada 1 Februari 2023, mulai pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 WIB.

Peneliti Pusat Riset (PR) Antariksa BRIN, Andi Pangerang menyebutkan bahwa komet ini hanya melintas satu kali dalam seumur hidup dikarenakan orbitnya yang berbentuk hiperbola.

"Orbit hiperbola adalah orbit yang mempunyai nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya. Bandingkan dengan orbit parabola yang kelonjongannya tepat bernilai satu, maupun orbit elips yang kelonjongannya antara 0 hingga 1." jelasnya.

Komet ini akan menyelesaikan orbitnya pada Matahari setiap 50.000 tahun sekali. Oleh Karena itu, manusia bisa melihatnya melintas terdekat dari Bumi hanya sekali seumur hidup saja.

 Baca Juga: Harga BBM Hari Ini Jenis Pertamax Turbo, Cek Daftar Harganya Disini Berlaku Mulai 1 Februari 2023

Andi mengungkapkan, komet ini diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada 02 Februari pukul 00.32 WIB / 01.32 WITA / 02.32 WIT pada jarak 42.472.000 km dari Bumi.

"Saat melintas dekat Bumi, komet ini sudah dapat disaksikan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Februari pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) dari arah Utara dekat konstelasi Camelopardalis." tuturnya.

Andi menjelaskan  gerak harian komet ini sekitar 1/74 detik busur per hari. kemungkinan angka 260.000 tahun ini diperoleh dari 1.296.000 detik busur (360°) dibagi dengan 1/74 detik busur per hari sehingga diperoleh 96 juta hari atau setara 260.000 tahun.

"Ada kemungkinan komet ini tidak berasal dari awan oort, gudangnya komet dan asteroid trans neptunus di sabuk kuiper, melainkan dari tata surya lain. yang berarti, komet ini diduga adalah komet antarbintang (interstellar) seperti oumuamua," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x