Gagasan itu diperolehnya setelah berguru kepada beberapa ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah, dan membaca pemikiran-pemikiran pembaharu Islam.
Kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi merupakan hasil interaksi Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo, yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Ahmad Dahlan. Orang-orang itu adalah R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.
Gagasan tersebut merupakan saran dari salah seorang murid Ahmad Dahlan di Kweekschool Jetis, di mana ia mengajar agama secara ekstrakurikuler.
Murid tersebut menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Ahmad Dahlan tidak diurus olehnya sendiri, tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Ahmad Dahlan wafat.
Maka pada tanggal 18 November 1912, bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H, didirikanlah Muhammadiyah di Yogyakarta.
Organisasi ini baru diajukan pengesahannya pada 20 Desember 1912, dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.
Demikian sejarah singkat berdirinya organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912.***