Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia 206, 48 Penumpang dan Awak Disandera dalam Peristiwa 28 Maret 1981

- 28 Maret 2022, 18:08 WIB
Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia 206 'Woyla' oleh lima pembajak hingga 4 hari dalam peristiwa 28 Maret 1981. /Pexels/Ahmed Muntasir
Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia 206 'Woyla' oleh lima pembajak hingga 4 hari dalam peristiwa 28 Maret 1981. /Pexels/Ahmed Muntasir /
 
ZONABANTEN.com - Hari ini menjadi pengingat pada 28 Maret 1981, maskapai Garuda Indonesia dengan penerbangan 206 dibajak oleh 5 pembajak yang memperkenalkan diri mereka sebagai anggota kelompok ekstremis 'Komando Jihad'.
 
Insiden ini juga dikenal dengan Peristiwa Woyla sebab pesawat ini merupakan keluaran dari perusahan McDonnell Douglas yang dinamakan Woyla.
 
Awal Mula Kejadian.
Pesawat Garuda DC-9 Woyla tercatat memiliki rute Jakarta-Medan pada 28 Maret 1981.
 
Pesawat dijadwalkan berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, melakukan transit di Palembang, dan akan melanjutkan penerbangan ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55.
 
 
Kapten pilot yang bertugas, Herman Rante dan kopilot Hedhy Djuantoro segera lepas landas membawa 48 penumpang dan melakukan transit di Palembang.
 
Baru saja lepas landas dari Palembang untuk menuju Medan, dua penumpang bangkit dari tempat duduk. Keduanya berpencar, satu menuju kokpit sementara satu orang berjaga dekat penumpang dan seketika menodongkan senjata.
 
Tepat pukul 10.10 pesawat sudah dikuasai lima pembajak dengan bersenjata api lengkap.
 
Awalnya tidak diketahui identitas pelaku pembajak. Departemen Pertahanan dan Keamanan hanya mengetahui bahwa mereka bisa berbahasa Indonesia.
 
 
Kelimanya mulai mengatur posisi dan berjaga.
 
Pemimpin dari kelompok, memerintahkan pilot Herman Rante untuk memutar arah dan terbang ke Thailand.
 
Pilot Herman pun menjawab bahwa pesawat tidak memiliki cukup bahan bakar untuk melakukan penerbangan jauh keluar dari Indonesia.
 
Pesawat pun dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk pengisian bahan bakar sebelum kemudian terbang ke Thailand atas paksaan mereka. Pemerintah Thailand mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya.
 
DC-9 Woyla meninggalkan Malaysia setelah mengisi bahan bakar menuju ke Bandara Don Mueang, Thailand.
 
Seorang penumpang wanita lanjut usia berusia 76 tahun diperbolehkan turun di Malaysia oleh para pembajak.
 
 
Tuntutan Para Pembajak.
Saat penerbangan menuju Thailand, para pembajak membacakan tuntutan mereka, yaitu agar anggota Komando Jihad yang ditahan di Indonesia segera dibebaskan
 
Awalnya mereka hanya meminta 20 orang anggota yang terlibat dalam penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki Bandung, 11 Maret 1981 dibebaskan.
 
Namun tak berselang lama, mereka kembali menaikkannya menjadi 84 orang.
 
Selain itu kelima pembajak juga meminta pesawat yang lebih besar beserta awak pesawat yang mengetahui rute penerbangan internasional.
 
Permintaan ini diberikan batas waktu hingga, Minggu 29 Maret 1981 pukul 21.30 waktu Bangkok.
 
Mereka mengancam telah memasang bom di pesawat dan tidak akan segan untuk meledakkan diri bersama penumpang pesawat tersebut.
 
 
Proses Penyelamatan.
Proses penyelamatan yang dikenal dengan Operasi Woyla ini berlangsung pada malam hari tepatnya Selasa, 1 April 1981.
 
Walaupun permintaan tuntutan sudah melewati batas waktu, tidak terdengar ada ancaman dari para pembajak namun pada hari pembebasan, suasana semakin mencekam.
 
Operasi peyelamatan dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia.
 
Tim dibagi menjadi tiga. Dua kelompok pasukan masing-masing berjaga di pintu sayap, sementara satu pasukan lainnya masuk melalui pintu belakang.
 
 
Semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, tim Komando Angkatan Udara Thailand ikut bergerak, menunggu di landasan agar tidak ada pembajak yang berusaha melarikan diri.
 
Setelah situasi kondusif, kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk.
 
Pasukan meneriakan aba-aba kepada penumpang untuk menunduk. Mereka berpapasan dengan seorang pembajak yang berjaga di pintu belakang. Pembajak tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota pasukan.
 
Pembajak tersebut berhasil ditembak dan tewas di tempat. Pasukan juga berhasil menembak dua teroris lainnya
 
Tersisa dua pembajak yang masih bersembunyi. Seketika seorang pembajak yang bersembunyi bangkit dengan granat untuk mencoba melemparkannya, beruntung granat gagal meledak karena pin pengaman yang tidak ditarik dengan sempurna.
 
 
Anggota tim menembaknya saat ia berusaha kabur berlari ke arah luar pesawat. Teroris terakhir diamankan di luar pesawat yakni Imran bin Muhammad Zein, ketua dari kelompok pembajak.
 
Ia selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha. Ia dihukum mati pada 28 Maret 1983.
 
Setelah kondisi aman, para penumpang berhasil keluar dan selamat dari peristiwa menegangkan ini.
 
Tim medis yang sudah berada di lokasi pada saat itu sigap untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang tanpa sengaja tertembak anggota komando dalam serangan tersebut beserta Achmad Kirang yang juga ikut tertembak dan mengalami luka sekitar perut.
 
 
Setelah melakukan berbagai upaya, Kapten Herman Rante dan Achmad Kirang dinyatakan meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut.
 
Keduanya kemudian dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan untuk dikenang sebagai pahlawan.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Special Opz Mags


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x