Serangan Umum 1 Maret 1949, Mengenang Kerjasama Epic Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan TNI

- 27 Februari 2022, 08:53 WIB
Monumen serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta/kemdikbud.go.id/
Monumen serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta/kemdikbud.go.id/ /

ZONABANTEN.com - Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan bagian penting dari sejarah berdirinya Republik Indonesia.

Serangan umum 1 Maret 1949 bisa disebut sebagai salah satu bukti sikap pantang menyerah terhadap segala bentuk penjajahan.

Serangan umum 1 Maret 1949 memperlihatkan betapa pentingnya peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada waktu itu.

Keberhasilan serangan umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta juga menunjukkan  kerjasama epic antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan TNI.

Baca Juga: Bansos PBI Februari 2022 Sudah Bisa Dicairkan Hari Ini, Simak Cara Pencairannya di Sini!

Untuk mengenang serangan umum 1 Maret 1949, berikut ini akan disampaikan uraian singkat mengenai hal tersebut.

Serangan umum 1 Maret 1949 adalah respon atas tindakan agresi militer Belanda ke - II yang menjadikan Yogyakarta sebagai sasaran utamanya.

Yogyakarta dijadikan sebagai target serangan Belanda karena pada waktu itu wilayah tersebut merupakan ibukota darurat.

Status tersebut diberikan kepada Yogyakarta karena semenjak dibacakannya proklamasi kemerdekaan, situasi di Jakarta menjadi tidak aman.

Namun demikian, adanya agresi militer Belanda ke - II juga membuat situasi di Yogyakarta menjadi tidak kondusif.

Selain melakumukan agresi militer, Belanda juga melakukan propaganda di dunia internasional dengan menyebarkan isu bahwa TNI sudah tidak ada.

Mencermati adanya situasi yang mengganggu keamanan wilayah Yogyakarta dan Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mulai menunjukkan reaksinya.

Sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX berkirim surat kepada Jenderal Soedirman untuk meminta izin agar dibolehkan melakukan serangan balik.

Baca Juga: BMKG Himbau Warga di DKI Jakarta Waspadai Hujan Disertai Petir

Permintaan Sri Sultan tersebut direspon positif oleh Jenderal Soedirman.

Sang Jenderal menyetujui upaya serangan balik tersebut dan meminta Sri Sultan untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III.

Setelah semua persiapan dirasa sudah cukup, tepat pada tanggal 1 Maret 1949, serangan besar - besaran dilakukan di seluruh penjuru wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Serangan mulai dilakukan setelah adanya tanda sirine dibunyikan sekitar pukul 06.00 WIB.

Dalam serangan 1 Maret 1949 ini, segala penjuru wilayah Yogyakarta dikepung oleh Tentara Republik Indonesia (TNI).

Sektor timur penyerangan dipimpin oleh  

Ventje Sumual dan sektor barat dipimpin langsung oleh Letkol Soeharto

Sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sardjono. Kemudian, sektor utara dipimpin oleh Mayor Kusno.

Sementara itu, sektor kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan.

Akibat dari serangan 1 Maret 1949 tersebut, TNI akhirnya berhasil menduduki kota Yogyakarta walaupun hanya berlangsung selama 6 jam.

Sebagaimana yang telah direncanakan, tepat pukul 12.00 WIB, seluruh seluruh pasukkan TNI diperintahkan untuk mundur.

Baca Juga: Selamatkan 26 Ton Minyak Goreng, 8 Pelaku Diamankan!

Keberhasilan serangan umum 1 Maret 1949 ini telah membuktikan bahwa TNI masih ada dan siap untuk melakukan perlawanan kapan saja.  

Kondisi tersebut juga berdampak pada citra Indonesia di luar negeri yang pada saat itu sedang bersidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Selain itu, keberhasilan serangan umum 1 Maret 1949 ini juga sekaligus memperkuat

posisi tawar Indonesia dalam perundingan.

Demikian info singkat tentang sejarah serangan umum 1 Maret 1949. Semoga bermanfaat.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x