Hujan Es Menghebohkan Warga Surabaya, Berikut Penjelasan Ahli Cuaca

- 21 Februari 2022, 23:23 WIB
Ilustrasi Awan badai (tengah), angin putting beliung (tengah) dan kanan hujan es (kiri)yang belum ada lebih besar dari kepalan anak kecil yang terjadi di muka bumi.
Ilustrasi Awan badai (tengah), angin putting beliung (tengah) dan kanan hujan es (kiri)yang belum ada lebih besar dari kepalan anak kecil yang terjadi di muka bumi. /PIxabay

ZONABANTEN.com – Beberapa  kawasan di Jawa Timur pada hari Senin 21 Februari 2022 mengalami kejadian hujan es sekitar pukul 14.30 WIB. Hujan es ini ditengarai disebabkan adanya pergerakan awan Cumulonimbus.

Dijelaskan oleh pakar Cuaca Paulus Agus Winarso, kumpulan awan Cumulonimbus seringkali menyebabkan badai seperi hujan lebat yang terkadang bercampur dengan butiran es yang dapat menimbulkan bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

"Pergerakan awan Cumulonimbus ini dapat menghasilkan hujan badai, angin badai dan badai guntur. Bahkan hujan disertai petir dan angin kencang dapat berpotensi menjadi angin puting beliung karena adanya gaya Coreoli atau gaya putar bumi," ujar Paulus ketika dihubungi oleh Zona Banten.

Kondisi hujan es, atau hujan badai, angin badai dan angin putting beliung hingga badai petir merupakan dampak dari berkurangnya area hijau dan lahan terbuka yang memberi kesempatan proses konveksi udara. 

Baca Juga: Gubernur Wahidin Jelaskan Polemik Sekda Banten Telah Usai dan Ungkap Telah Bertemu Al Muktabar

Proses konveksi udara ini dapat terjadi dari lahan terbuka bukan saja terjadi di Indonesia namun juga terjadi di belahan dunia lainnya.

"Dan untuk kawasan Benua Maritim Indonesia giatnya awan Cb selain oleh kondisi konveksi namun juga terpacu oleh gerak naik udara ke atas seiring terjadinya gangguan cuaca dengan ruang lingkup yang luas seperti gelombang tropis yang disebut osilasi Madden dan Julian disebut MJO," jelas Paulus.

"Banjir di kawasan Kalimantan Selatah dan Jakarta pada bulan Februari 2021 dan adanya badai tropis Seroja di akhir musim hujan atau awan musim Kemarau 2021 di kawasan NTT berpotensi membawa dampak kerugian yang tidak sedikit," lanjutnya.

Baca Juga: Mengenang Kembali Peristiwa Serangan 1 Maret 1949, Kerja Sama Sultan HB IX dan Letkol Soeharto

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x