Lalu ia juga mendirikan surat kabar Poetri Hindia di tahun 1908.
Tirto Adhi Soerjo merupakan penggagas pergerakan nasional yang menyusun bacaan fiksi dan nonfiksi. Bapak Pers Nasional itu berhasil mendorong Mas Marco Kartodikromo, Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, Semaoen, dan lainnya untuk melakukan hal sama.
Mereka menciptakan bacaan-bacaan populer yang ditujukan untuk mendidik bumiputera yang miskin.
Baca Juga: Link Twibbon Hari Pers Nasional 2022, Siap Bagikan di Sosial MediaBacaan-bacaan yang mereka hasilkan berupa ajakan untuk mengobati bangsanya yang sakit karena kemiskinan, baik itu jiwa maupun ilmu pengetahuan.
Tirto Adhi Soerjo merupakan seorang bumiputra yang memiliki rumah cetak sendiri.
Rumah cetak tersebut didapatkan dari hasil bekerja sama dengan Hadji Moehammad Arsjad dan Pangeran Oesman.
Kemudian disusul dengan berdirinya rumah cetak Insulinde yang dananya disokong oleh H.M. Misbach. Rumah cetak Insulinde ini sebagai bukti atas lahirnya Mata Gelap karya Marco.
Menjadi seorang wartawan, Bapak Pers Nasional itu melayangkan kritik-kritiknya dalam bentuk cerita pendek.
Awal munculnya Sastra Indonesia ditandai oleh hadirnya penulis asal Tionghoa peranakan dan penulis Indo-Belanda, seperti H. Kommer dan Pangemanan.
Kemudian di awal abad 20-an berkembang produksi bacaan-bacaan yang ditulis oleh bumiputera sendiri dengan bahasa Melayu Pasar.