Prostitusi Dibalik Tradisi Gunung Kemukus, Kisah Ritual Jual-Beli Syahwat di Indonesia, Pemkab: Itu Masa Lalu

- 29 Januari 2022, 19:38 WIB
Gunung Kemukus, Sragen
Gunung Kemukus, Sragen /Pemkab Sragen
ZONABANTEN.com -  Praktik prostitusi di balik sebuah ritual kuno di puncak Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah sempat santer beredar beberapa tahun lalu.
 
Ritual itu diyakini bertujuan untuk mencari keberuntungan dan kekayaan. Namun, ada jual-beli syahwat dalam pelaksanaannya.
 
Selama berabad-abad, pria dan wanita bertemu untuk melakukan hubungan intim bebas di sebelah kuil di puncak gunung, dilansir oleh media luar negeri, Metro pada 2017.
 
Wartawan media Inggris itu, Rosy Edwards datang ke Gunung Kemukus, tak jauh dari Solo, untuk melihat langsung ritus kuno tersebut.
 
Tradisi itu disebut Festival Pon, merujuk kepada hari keberuntungan Jumat Pon yang dipercayai oleh masyarakat setempat.
 
Pada malam Jumat Pon itu, orang-orang akan datang dan berkumpul di sebuah tempat suci di puncak Gunung Kemukus untuk berziarah.
 
 
Mereka datang mencari kesuksesan untuk bisnis mereka, atau untuk keuntungan pribadi demi melunasi hutang.
 
Tempat suci itu diyakini sebagai makam seorang pangeran abad ke-16 bernama Pangeran Samudro, putra seorang raja Jawa.
 
Di sebelahnya adalah makam ibu tirinya, Nyai Ontrowulan. Salah satu versi cerita rakyat menyebut mereka tertangkap telah berselingkuh.
 
Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan terpaksa meninggalkan rumah setelah diusir sang ayah. Namun, mereka malah dibunuh penduduk desa dalam pelarian.
 
Ada yang meyakini siapapun yang melakukan tindakan lebih memalukan daripada Samudro dan Ontrowulan, maka akan mendapatkan keberuntungan.
 
"Apa pun garis keturunannya, ribuan peziarah berkumpul di situs tersebut dengan keyakinan bahwa hubungan terlarang akan membawa keberuntungan bagi mereka," tulis Rosy Edwards.
 
Festival Pon melibatkan ritual hubungan intim dengan orang asing yang bukan pasangan resminya, bahkan meski meski mereka sudah menikah.
 
Ritual hubungan badan ini pun bukan hanya sekali dilakukan. Mereka harus bertemu hingga tujuh kali pada setiap hari ke-35 hingga ritual selesai.
 
Ini berarti bahwa mereka akan berhubungan intim tanpa ikatan resmi selama setahun demi mendapatkan masa depan terbaiknya.
 
Ritual akan dimulai setelah sholat subuh. Peziarah lalu datang ke makam pangeran dan ibu tirinya untuk meletakkan bunga dan berdoa.
 
Kemudian, mereka harus membersihkan diri di salah satu mata air suci. Selanjutnya, mereka pergi untuk mencari 'pasangan'.
 
Saat matahari terbenam, gunung ini sudah penuh dengan peziarah yang melakukan transaksi jual-beli syahwat. Malam akan semakin ramai.
 
Secara tradisional, hubungan intim dilakukan di tempat terbuka. Pasangan itu akan menghabiskan sisa malam bersama di bawah pohon.
 
Belakangan, ritual itu telah menjadi ajang prostitusi. Seiring itu, berdiri pula banyak 'gubuk cinta' dan tempat karaoke.
 
Pada 2014, diklaim bahwa hingga 75 persen wanita yang datang ke wilayah Gunung Kemukus menjadi pekerja seks penuh atau paruh waktu, lapor Metro.
 
 
Namun, kebijakan Pemerintah Kabupaten Sragen kini telah menegaskan bahwa tradisi bercampur prostitusi di puncak Gunung Kemukus itu adalah masa lalu.
 
Pemerintah setempat telah membangun proyek 'The New Kemukus' untuk mengubah stigma negatif masyarakat tentang Gunung Kemukus.
 
Situs itu sekarang berhasil dikemas menjadi objek wisata keluarga dan wisata religi yang dilengkapi berbagai fasilitas.
 
"Prioritasnya Pemkab Sragen ingin mengubah stigma negatif Gunung Kemukus," ucap Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati dilansir situs Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sragen pada November 2021.
 
"Tidak hanya mengubah citra, namun juga akan mengubah kehidupan masyarakat sekitar," katanya menjelaskan.
 
"Keberadaan Makam Pangeran Samudro bakal direvitalisasi karena menjadi daya tarik sebagai objek wisata religi," ujar sang bupati.
 
'The New Kemukus' ditata dengan pembuatan pendapa di depan makam Pangeran Samodro, pendapa kedua, museum, dan Sendang Ontrowulan.
 
Harapannya, tentu saja kisah ritual jual-beli syahwat dalam praktik prostitusi di balik tradisi Gunung Kemukus benar-benar menjadi masa lalu.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Metro pemkab sragen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x