Ekonomi Kreatif Sebagai Lahan Pekerjaan Kaum Difabel, Berikut 4 Industri yang Ramah bagi Pegawai Difabel

- 17 Maret 2021, 06:53 WIB
Kafe Difabis para penjajanya menggunakan bahasa isyarat. Lokasinya di Terowongan Kendal, Jalan Kendal, Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, /Instagram/@dkijakarta
Kafe Difabis para penjajanya menggunakan bahasa isyarat. Lokasinya di Terowongan Kendal, Jalan Kendal, Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat, /Instagram/@dkijakarta /

ZONA BANTEN - Ekonomi kreatif termasuk dalam salah satu sektor terkenal dengan kemudahan aksesnya bagi kaum difabel.

Kemunculan industri ramah difabel pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) sangatlah penting.

Selain memberikan kemungkinan baru bagi penyandang disabilitas, industri ini dapat meningkatkan ekonomi kreatif di Indonesia.

Hingga saat ini penyandang difabel kerap dipandang sebelah mata karena kekurangan yang dimilikinya.

Mereka juga tidak memiliki banyak kesempatan kerja yang terbuka.

Baca Juga: Kementan Salurkan Rp319 Miliar untuk Pertanian di Jawa Timur, Pertanian Sebagai Sektor Andalan Pasca Pandemi

Namun, di antara potret ketidaksetaraan tersebut, para pelaku ekonomi kreatif justru mampu melawan perbedaan.

Mereka berhasil menciptakan industri ramah difabel, dengan industri tersebut kesempatan serta ruang kontribusi kaum difabel pun mulai bermunculan.

Di antara berbagai industri ramah difabel, berikut adalah 4 industri kreatif yang berkontribusi dalam pemberdayaan kaum difabel di industri parekraf:

Rumah Kerajinan Precious One

Precious One merupakan industri kreatif kriya yang memproduksi kerajinan tangan berkualitas sejak 2004.

Industri yang didirikan di Jakarta ini berhasil menciptakan lapangan kerja yang terbuka bagi kaum difabel.

Baca Juga: Apa Itu Chikungunya? Penyebab, Gejala, Komplikasi, Perawatan Dan Pencegahan

Tagline mereka adalah “Bangga pakai karya disabilitas”.

Melalui tagline tersebut, Precious One berupaya untuk menyampaikan pesan bahwa kaum difabel pun tetap dapat menciptakan barang berkualitas dengan segala keterbatasannya.

Berbagai produk yang dihasilkan oleh kelompok difabel di Precious One antara lain; masker, kotak tisu, boneka, sarung bantal, dan benda-benda kriya lainnya.

Wistara Batik

Wistara Batik telah dibuka oleh Aryo Setiawan sejak 2010 dan dari saat itu sudah menjadi sebuah industri ramah difabel.

Wisata Batik bekerja di bidang industri kreatif subsektor fashion. Kaum difabel yang menjadi pegawai akan terlibat penuh dalam proses produksi pakaian Batik.

Pekerjaan yang diberikan pada kaum difabel diantaranya adalah: membuat pola, memotong, menjahit, mengemas, hingga menyiapkan produk untuk dipasarkan.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Ketersediaan dan Harga Bahan Pokok Terkendali Menjelang Ramadan 2021

Setiap pekerja difabel Wistara Batik sehari-harinya mampu menghasilkan hingga setidaknya 5 potong baju.

Pakaian Batik karya difabel ini juga sudah diekspor ke mancanegara.

Prestasi mancanegara dari Wistara Batik ini membuktikan bahwa karya penyandang difabel pada sektor ekonomi kreatif juga dapat diterima baik oleh masyarakat.

Pengrajin Anyaman Bambu Kabupaten Kediri

Gunawan, pengrajin anyaman bambu asal Kediri, menciptakan industri kreatif yang ramah difabel pada desanya di Kabupaten Kediri.

Industri yang merangkul kaum difabel ini bergerak dalam subsektor kriya, dengan menciptakan berbagai benda anyaman.

Para penyandang difabel yang diberdayakan dalam industri kreatif tersebut membuat berbagai bentuk anyaman.

Baca Juga: Wajib Tahu, Saldo Bantuan Pelatihan Berbeda Dengan Insentif Kartu Prakerja

Contoh hasil karya mereka diantaranya: wadah tisu, stoples, wadah lampu, bakul nasi, dan berbagai perabotan rumah tangga lainnya.

Hasil karya kaum disabilitas di industri kreatif ini diminati berbagai kalangan.

Pesanan yang datang pun selalu banyak, baik dari perorangan maupun hotel.

Sunyi House of Coffee and Hope

Kafe di Cilandak, Jakarta selatan ini merupakan salah satu industri ramah difabel yang cukup terkenal di Indonesia.

Seluruh makanan dan minuman di Sunyi House of Coffee and Hope diracik oleh para penyandang difabel berbakat.

Baca Juga: Soal TPS3R di Pakulonan, Lurah: Koordinasi DLH Sebatas Angkut Sampah

Seperti yang dikutip situs kemenparekraf dari Kompas.com, seluruh karyawan; mulai dari barista, koki, pelayan, hingga kasir Sunyi House, merupakan penyandang disabilitas.

Bukan hanya dari segi pekerja, desain interior dari kafe ini juga ramah untuk kaum difabel yang datang berkunjung. Mulai dari penggunaan huruf braille, hingga meja bundar dalam kafe.

Saat memesan makanan atau minuman, Anda juga harus menggunakan bahasa isyarat, karena kasir yang ada merupakan seorang penyandang tuli.

Keberadaan kafe ramah difabel ini membuktikan jika kaum disabilitas juga mampu berkarya dalam industri kuliner.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Kemenparekraf


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x