Seorang kepala suku di pulau itu, Manfun Sroyer, mengatakan dia khawatir orang Papua akan terusir dari rumah mereka sendiri karena adanya proyek ini.
“Pelabuhan antariksa ini akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung. Tapi, jika kami protes, kami akan segera ditangkap."
Baca Juga: 39 Orang Tewas Saat Dua Kapal Pengangkut Migran Tenggelam di Lepas Pantai Tunisia
Badan antariksa Rusia, Roscosmos, juga bertujuan untuk mengembangkan situs peluncuran roket besar di pulau Biak pada tahun 2024.
“Pada 2002, Rusia menginginkan tanah kami untuk peluncuran satelit. Kami memprotes dan banyak yang ditangkap dan diinterogasi… sekarang mereka membawanya kembali, dan pelecehan serta intimidasi ini masih berlangsung, ”kata Manfun Sroyer.
Seperti diketahui bahwa Biak adalah bagian dari provinsi Papua, di mana kampanye pemisahan diri telah berlangsung selama beberapa dekade melawan pemerintahan Indonesia.
Baca Juga: PLN Berikan Harga Tambah Daya Super Hemat Sampai 31 Maret 2021 Melalui PLN Mobile
Pantai timur Biak menghadap samudra Pasifik, dan lokasinya, satu derajat di bawah ekuator, ideal untuk meluncurkan satelit orbit rendah untuk komunikasi.
Dengan lebih sedikit bahan bakar yang dibutuhkan untuk mencapai orbit. Kedekatannya dengan cagar alam juga menjadikannya kandidat utama untuk situs peluncuran.
Musk berencana meluncurkan 12.000 satelit pada tahun 2026 untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang murah melalui layanan internet Starlink.