Trending di Twitter, Netizen Mengenang Sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Hari Lahirnya

- 6 Februari 2021, 21:45 WIB
PRAMOEDYA Ananta Toer/TRI JOKO HER RIADI/PR
PRAMOEDYA Ananta Toer/TRI JOKO HER RIADI/PR /Tri Joko Her Riadi/

Pramoedya Ananta Toer, sebagai salah seorang korban sekaligus penentang utama kediktatoran Orde Baru, juga bicara tentang kemerosotan moral yang parah selama Soeharto berkuasa. Dikritiknya praktik korupsi yang sudah menjadi penyakit sosial yang terjadi di mana-mana. Biang semua masalah, menurut dia, adalah elite “yang tidak tahu cara berproduksi”.

Baca Juga: Tutorial Lengkap Cara Membuat Kartu KIS Untuk Mendapatkan Bansos Rp300 Ribu dari Kemensos

Hanya Soekarno
Buku berjudul Saya Terbakar Amarah Sendirian adalah satu dari sedikit buku tentang Pramoedya Ananta Toer yang mempertahankan format tanya-jawab khas kerja jurnalistik.

Cita rasanya buku jenis itu berbeda dengan buku lain tentang sang penulis Bumi Manusia, yang lumayan banyak jumlahnya, yang ditampilkan sebagai reportase, memoar, riset, atau esai.

Pemuatan omongan utuh, seringkali dilengkapi dengan keterangan ekspresi fisiknya, membangun keintiman pembaca dengan sosok sang penulis besar itu.

Lima tahun setelah buku Andre dan Rossie, terbit buku berjudul Pram Melawan! (2011). Pengarangnya, pasangan jurnalis Hasudungan Sirait dan Rin Hindryati serta aktivis Rheinhardt.

Baca Juga: Berjalan Tiga Bulan, Penginapan di Tangsel Jadi Sarang Prostitusi Online
Dengan tebal 502 halaman, buku itu memuat belasan atau bahkan puluhan kali wawancara dalam kurun waktu hampir empat tahun sejak perjumpaan pertama pada 1 November 2001 di rumah Pramoedya Ananta Toer di Bojong Gede, Bogor.

Awalnya, para penulis buku yang tertunda penerbitannya hingga lebih dari 7 tahun itu bakal menarasikan hasil wawancara secara tematik. Namun, mereka kemudian berubah pikiran karena khawatir bentuk penyampaian itu bakal menghilangkan kekhasan diksi, formulasi kalimat, pelafalan, dan aksentuasi yang “sangat Pram dan tak ada duanya”.

Kalau wawancara dalam buku Saya Terbakar Amarah Sendirian menampilkan sosok dan pemikiran Pramoedya Ananta Toer yang sangat muram dan penuh letupan kritik, bahkan amarah, buku Pram Melawan! menghadirkan banyak cerita sang sastrawan sebagai manusia kebanyakan.

Baca Juga: Ada 5 Kriteria Guru yang Tidak Bisa mengikuti Seleksi PPPK Kemendibud 2021, Diantaranya Belum Ada Ijazah S1

Halaman:

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Twitter Pikiran-Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah