PDIP Boyolali Siapkan TIm Hukum Kawal Kasus Dugaan Penganiayaan Relawan Oleh Oknum TNI

31 Desember 2023, 16:53 WIB
Ketua DPC PDIP Boyolali Susetya Kusuma Dwi Hartanta (kiri) didampingi Sekretaris DPC PDIP Marsono (kanan) dalam jumpa pers di Kantor DPC PDIP Boyolali, Minggu (31/12/2023) /ANTARA/

ZONABANTEN.com – Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) akan menyiapkan tim hukum untuk mengawal kasus penganiayaan sukarelawan di Boyolali, Jawa Tengah.

Seperti diketahui, sukarelawan PDI Perjuangan dianiaya oleh oknum anggota TNI, di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Jalan Perintis Kemerdekaan Boyolali, pada Sabtu, 30 Desember 2023.

Ketua DPC PDIP Boyolali Susetya Kusuma Dwi Hartanta mengatakan, pihaknya tetap berada di belakang korban tentunya menfasilitasi segala sesuatunya dan mendukung langkah-langkah ini.

Baca Juga: Pemilu 2024: Bakal Kunjungi Sukarelawan Korban Penganiayaan, Ganjar: Ingat Jangan Bikin Rakyat Marah

"Kami melakukan pendampingan hukum terhadap korban jelas pasti. Tim Pemenangan Daerah (TPD)dan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud M.D. sudah akan meninjau dua korban yang masing dirawat di RSUD Pandan Arang," kata Susetya Kusuma dikutip ZONABANTEN.com dari ANTARA.

Lebih jauh, Susetya juga mengungkapkan, pihaknya mendukung perawatan korban di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang hingga sembuh dan jika ada cacat permanen terhadap korban tentunya akan bertanggung jawab.

Susetyo Kusuma mengatakan, kejadian di lokasi tersebut tidak hanya menimpa simpatisan PDIP, tetapi juga ada warga yang kebetulan melintas.

Simpatisan PDIP dan warga tersebut kemudian menjadi korban amukan dari beberapa oknum anggota dari Kesatuan Kompi Yonif Raider 408 di Boyolali.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024: Relawan Bang Erick Thonir Sumatera Utara Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran

Lebih jauh, Dia menjelaskan sebenarnya untuk kejadian penganiayaan tersebut terjadi dua kali yang pertama ada pelemparan batu dan penghadangan menggunakan bambu.

Setelah itu, selang satu jam kemudian ketika relawan Ganjar-Mahfud mau pulang atau ke arah barat ternyata langsung ada penghadangan oleh oknum anggota TNI yang melakukan pemukulan dan penendangan.

"Jadi kalau melihat semuanya fakta di lapangan, saksi-saksi dan bukti itu, tidak ada yang berkaitannya dengan ada peringatan atau pemberitahuan atau kompromi dulu jangan melintas ke daerah sini, itu belum dilakukan sama sekali oleh oknum," katanya.

Dia mengatakan tidak ada imbauan dan komunikasi tetapi fakta di lapangan dan bukti-bukti yang ada oknum anggota keluar dari Kompi 408 langsung melakukan menghadang dan melakukan penyerangan, pemukulan, penendangan dan penyeretan terhadap korban ke dalam markas kompi.

Baca Juga: Pemilu 2024: Hadiri Jalan Sehat Batfest 2023, Gibran: Strateginya Masih Rahasia

"Hal ini, riil dan di dalam kompi dilakukan pemukulan terhadap korban. Para korban ditarik, ditendang, diseret ke dalam kompi oleh oknum. Korban ada enam orang dan yang masih dirawat di rumah sakit ada dua orang. Yang membuat kami merinding salah satu korban yang masih dirawat di rumah sakit anak yatim piatu," katanya.***

Kendati demikian, pihaknya menghormati apa yang disampaikan oleh Dandim 0724/Boyolali Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo.

Tetapi, lanjut Susetyo, ada jawaban sesuai fakta riil di lapangan tidak ada yang namanya pengarahan, imbauan dan peringatan lebih dahulu.

Sementara itu, Dandim 0724/Boyolali Letkol Inf Wiweko Wulang Widodo membenarkan peristiwa relawan Ganjar-Mahfud diduga dianiaya secara bersama-sama oleh oknum anggota TNI.

Ada tujuh relawan yang diduga dianiaya dalam kejadian itu.

Pihaknya mengatakan kasus penganiayaan tersebut benar dan pelaku adalah beberapa oknum anggota dari Yonif 408/Sbh.

Baca Juga: Anas Urbaningrum Tanggapi Pernyataan Ketua KPU yang Ngaku Pemilu di Indonesia Paling Rumit di Dunia

Denpom IV/Surakarta masih meminta keterangan terhadap para anggota untuk kepentingan proses hukum.

Dandim mengatakan dugaan penganiayaan terjadi di depan Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Sbh pukul 11.19 WIB.

Bermula beberapa anggota melaksanakan olahraga bersama bola voli mendengar suara bising dari beberapa kendaraan knalpot brong yang membuat mereka tidak nyaman.

Kendaraan knalpot brong tersebut melintas secara terus menerus dan berulang kali.

Kemudian beberapa oknum anggota secara spontan keluar dari asrama menuju jalan di depan asrama mencari sumber suara kendaraan knalpot brong.

Oknum anggota hendak mengingatkan kepada pengendara yang menggunakan kendaraan knalpot brong hingga terjadi dugaan penganiayaan terhadap relawan.***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler