Tradisi Budaya Betawi Dalam Menyambut Bulan Ramadhan

15 Maret 2023, 17:05 WIB
Ilustrasi Tradisi Munggahan /Antara/

ZONABANTEN.com – Tradisi budaya Betawi dalam menyambut bulan Ramadhan yang akan datang bisa membuat orang lain tertarik karena mereka punya kegiatan sendiri yang menyenangkan.

Biasanya setiap menjelang ramadhan, setiap daerah akan melakukan tradisi yang mereka lakukan sesuai dengan khasnya daerah masing-masing. Ada yang makan bersama keluarga, masak bersama tetangga di sekitar rumah, atau memotong hewan kurban. Budaya Betawi juga tidak kalah dalam memiliki tradisi menyambut ramadhan dengan ciri khas mereka.

Meski zaman semakin modern tetapi tradisi setiap budaya tidak pernah ketinggalan untuk dilakukan karena sudah seperti kebiasaan mereka. Dilansir melalui Senibudayabetawi, berikut adalah beberapa tradisi budaya Betawi dalam menyambut bulan Ramadhan.

Baca Juga: Bulan Suci Penuh Berkah dengan Shopee: Raih Diskon Terbesar di Big Ramadan Sale 2023

Nyekar

Biasanya di beberapa daerah akan melakukan kegiatan berziarah ke makam keluarga dan kerabat sebelum bulan ramadhan, hal ini disebut nyekar kalau di Betawi. Di momen tersebut biasanya masyarakat membersihkan makam dan juga berdoa bersama. Bahkan tidak sedikit keluarga besar yang datang bersama-sama ke makam untuk nyekar, dimana kalau Betawi dikenal memiliki keluarga besar yang masih satu lingkungan.

Nyekar biasanya dilakukan seminggu sebelum Ramadhan. Jadi tak heran jika menjelang Ramadhan, pemakaman umum di Jakarta dan sekitarnya akan ramai peziarah. Bahkan, muncul pedagang musiman yang menjajakan kembang atau bunga untuk ditabur di makam.

Nyorog

Kegiatan dengan nama menarik ini merupakan tradisi saat seseorang memang sengaja memberikan bingkisan ke keluarga dan sanak saudara jauh. Biasanya masyarakat Betawi yang lebih muda akan memberikannya kepada orang tua, terutama bagi mereka yang telah menikah.

Menariknya, jika dulu bingkisan ini berupa makanan dalam bentuk hantaran yang ditaruh di dalam baskom dan ditutup dengan kain, namun seiring perkembangan zaman beralih menjadi bahan mentah seperti sembako. Biasanya ini dilakukan dua atau tiga hari menjelang Lebaran, tetapi tidak jarang beberapa masyarakat betawi selama satu minggu sebelum lebaran sudah melakukan tradisi tersebut.

Munggahan

Tradisi ini sangat kental dalam masyarakat Betawi. Tradisi ini secara harfiah berasal dari bahasa sunda yang artinya naik. Berharap saat bulan Ramadhan nanti setiap orang akan naik derajatnya.

Munggahan dilakukan selama lima hari sebelum Ramadhan. Tradisi ini menjadi ajang kumpul-kumpul dan silaturahmi bagi keluarga dengan cara salah satu orang dari anggota keluarga besar akan memberikan rumahnya sebagai tempat kumpul dan makan bersama. Biasanya mereka akan makan makanan khas seperti sayur asem, tempe/tahu goring, ikan asin, lalapan, serta tidak ketinggalan sambal, tetapi terkadang di setiap rumah bisa berbeda menu makanannya. Di sela-sela makan bersama mereka saling bermaaf-maafan.

Ruwahan

Tradisi ini seperti selametan untuk penutupan sebelum bulan ramadhan. Pada acara ini, keluarga dan sanak saudara berkumpul bersama untuk membaca surat Yasin dan shalawat kepada Rasulullah. Selanjutnya ditutup dengan makan masakan khas Betawi. Kegiatan ini biasanya juga bisa dilakukan sebelum lebaran atau sesudah lebaran.

Malam Nisfu Syaban

Nisfu Syaban merupakan malam di mana malam menjelang datangnya Ramadhan. Biasanya di mala mini banyak masyarakat Betawi yang berkumpul untuk mengaji dan mendengarkan ceramah pemuka agama. Acara ditutup dengan pembacaan Al-Quran dan Yasin sebanyak tiga kali.***

 

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: senibudayabetawi.com

Tags

Terkini

Terpopuler