Mengenal Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia

28 Februari 2022, 14:10 WIB
Ilustrasi. Usmar Ismail merupakan seseorang yang berjasa terhadap perfilman Indonesia/PIXABAY/Pexels /

ZONABANTEN.com – Usmar Ismail tak hanya dikenal sebagai seorang sutradara film, melainkan juga seorang sastrawan, wartawan, dan seorang pejuang Indonesia.

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Film-film yang diproduksi pada zaman kolonial hanya bisa disaksikan oleh orang-orang Eropa dan Amerika saja.

Film yang diproduksi kala itu hanyalah film dokumenter yang membahas tentang kehidupan warga Indonesia dan keindahan alamnya.

Membahas tentang keterlibatan Usmar Ismail selaku bapak perfilman nasional, ZONABANTEN.com telah merangkum pembahasan untuk Anda yang dikutip dari situs Festival Film Indonesia.

Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Ini 3 Cara Cek Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 23!

Usmar Ismail lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Terlahir sebagai seseorang yang sudah menunjukkan potensinya pada sastra, Usmar Ismail menempuh pendidikan di HIS Batusangkar dan MULO Simpang Haru, Padang, lalu ke AMS-A Yogyakarta.

Kemudian untuk memantapkan kariernya dalam dunia perfilman, Usmar Ismail melanjutkan pendidikannya pada tahun 1952 di Universitas California, Los Angeles, dengan mengambil jurusan Film.

Perkenalan Usmar Ismail pada dunia perfilman telah dimulai sejak ia berada di Padang. Ia yang pada saat itu masih berstatuskan sebagai siswa sesekali pergi ke bioskop tanpa sepengetahuan Ayahnya.

Di lain sisi, perkenalannya pada sinematografi terjadi di Yogyakarta, di mana Hinatsu Eitaroo yang merupakan orang Jepang berdarah Korea menyadarkan Usmar bahwa film merupakan media penyalur kritik dan gagasan yang begitu ampuh.

Baca Juga: Drama Korea A Business Proposal: Sinopsis, Jadwal Tayang, dan Daftar Pemain Lengkap

Usmar yang memiliki banyak prestasi, diketahui pernah bekerja di Keimin Bunka Sidosho (Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang).

Kemudian dia juga tercatat pernah mendirikan kelompok sandiwara pada tahun 1943, yang diberi nama Maya.

Kala itu, Maya yang tercipta atas hasil kerjasama bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H.B. Jassin, dan lain-lain, berhasil mementaskan sandiwara Taufan di Atas Asia (El Hakim), Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismai), Mekar Melati (Usmar Ismail), dan masih banyak lagi.

Pada periode 1946 hingga 1947, Usmar terpilih menjadi ketua dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), setelah sebelumnya ia beserta kawan-kawannya mendirikan harian Patriot dan bulanan Arena di Yogyakarta.

Baca Juga: Tayang Malam Ini! Klik Link Nonton Drama A Business Proposal Episode 1 Sub Indo Disini

Saat menjalani profesinya sebagai wartawan, ia ditahan sambil dipekerjakan di sebuah perusahaan produksi film milik Belanda yang bernama South Pacific Corporation.

Usmar dan Andjar Asmara bekerjasama untuk mengerjakan beberapa film di perusahaan tersebut bersama dengan Andjar Asmara, namun ternyata tidak ada satu pun yang dapat memuaskan Usmar selaku sutradara pada kala itu.

Setelah akhirnya dibebaskan dari South Pacific Corporation, ketertarikan Usmar terhadap dunia perfilman ternyata semakin meluas.

Hingga pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), setelah sebelumnya ia dan kawan-kawannya sering berkumpul dan terlibat dalam diskusi mengenai seluk beluk film.

Baca Juga: Beli Tiket Nonton MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia Hari Ketiga 20 Maret 2022

Perfini adalah sebuah perusahaan film pertama milik anak bangsa yang didirikan di Jakarta.

Pada tanggal yang sama pula ditetapkan sebagai Hari Film Nasional, bersamaan dengan pengambilan gambar perdana film Darah dan Doa yang dikerjakan sepenuhnya oleh anak bangsa Indonesia.

Namun nasib perfilman kala itu cukup mengkhawatirkan. Di mana pada saat itu persaingan cukup berat datang dari film Malaya, India, dan Amerika.

Pada tahun 1955, Festival Film Indonesia atau FFI terlahir. Dipelopori oleh Usmar dan Djamaluddin Malik.

Festival Film Indonesia merupakan sebuah ajang bagi insan perfilman Indonesia yang mempersatukan para produser film.

Baca Juga: Lirik Lagu Tri Suaka dan Zinidin Zidan – Sia Sia Berjuang, Kisahkan Tentang Cinta Tak Direstui

Usmar Ismail wafat di usianya yang belum genap 50 tahun, tepatnya pada tanggal 2 Januari 1971.

Ia wafat dengan meninggalkan lebih dari 30 film dengan beragam genre. Salah satu filmnya yang berjudul Pedjuang menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Internasional Moskwa ke-2 pada tahun 1961.***

Editor: Yuliansyah

Sumber: festivalfilm.id

Tags

Terkini

Terpopuler