Mushab Bin Umair, Sahabat Termuda Rasulullah yang Rela Tinggalkan Kemewahan Dunia

6 Desember 2021, 19:44 WIB
Ilustrasi. Mush'ab Bin Umair, Sahabat Termuda Rasulullah yang Rela Meninggalkan Kemewahan Dunia. /PEXELS /

ZONABANTEN.com - Mush'ab Bin Umair merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang terkenal ketampanannya, sangat berjiwa muda, dan penuh semangat.

Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat jiwa mudanya dengan kalimat "Seorang warga kota Mekah yang memiliki nama paling harum".

Saat kecil sampai remaja, Mush'ab belum mengenal Islam dan masih mengikuti agama nenek moyang.

Ia dibesarkan dengan kesenangan dan rezeki yang berlimpah dari kedua orangtuanya. Bisa dibilang tak seorangpun yang beruntung dimanja kedua orang tuanya seperti yang dialami Mush'ab.

Baca Juga: Ketika Menasihati Malah Dicela, Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Berikan Pemahaman Begini

Ia juga selalu menjadi buah bibir diantara para gadis-gadis Mekah karena daya tarik yang dimiliki. Walaupun belum masuk Islam, Mush'ab selalu disegani oleh para penduduk Mekah.

Suatu hari dikalangan warga Mekah, terdapat berita yang mulai tersebar luas akan kedatangan nabi yang diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa berita suka maupun duka, yakni Nabi Muhammad Saw.

Sebagai anak muda yang dikenal cerdas di usia belia, ia penasaran dengan keberadaan Rasulullah dan akhirnya mengambil jalan untuk mendatangi tempat Rasul dan sahabatnya biasa berkumpul, yaitu di bukit Shafa, rumah Arqam bin Abil Arqam yang jauh dari ancaman suku Quraisy.

Baru saja terduduk dan mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an, ia mulai merasa haru sekaligus merasakan panas didalam hatinya. Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh kasih sayang hingga membuat Mush'ab merasa tenang dan damai. Seketika pemuda ini telah memeluk Islam.

Baca Juga: Kisah Burung Ababil Melawan Pasukan Gajah yang Ingin Menghancurkan Ka'bah

Khunas Binti Malik merupakan ibunda dari Mush'ab yang terkenal akan kepribadiannya yang kuat, disegani, dan ditakuti. Ia mengetahui anaknya telah memeluk Islam dari Usman bin Thalhah. Usman melihat Mush'ab berkunjung kerumah Arqam secara sembunyi-sembunyi dan melakukan ibadah Shalat seperti yang dilakukan Rasulullah.

Marah. Kata itulah yang menggambarkan bagaimana perasaan Khunas saat mengetahui ini. Ia hendak menampar Mush'ab saat berdiri didepannya, namun tidak ia lakukan karena rasa keibuannya masih begitu besar. Ia pun terpaksa mengurung Mush'ab.

Mendengar kabar bahwa rombongan Nabi Muhammad akan hijrah ke Habsyi membuat Mush'ab mencari cara untuk terus kabur mengelabui penjaga maupun ibunya. Dan akhirnya ia berhasil.

Baca Juga: Kisah Cinta yang Rumit Antara Laila dan Majnun, Hanya dalam Kematian Mereka Diizinkan Bersanding

Selama bersama Rasulullah, Mush'ab tidak memiliki uang dan baju bagus yang biasa ia pakai sehari-hari. Sahabat Nabi juga memandang Mush'ab sembari menundukkan pandangannya akibat tak sanggup melihat kondisi Mush'ab yang jauh dari sempurna. Ia hanya memakai jubah lusuh usang, serta bagian baju yang terus-menerus ditambal.

Adapun Rasulullah memandangnya dengan penuh kasih sayang serta rasa syukur dalam hati, karena tak ada yang dapat mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya dan semua itu ditinggalkannya demi cinta Mush'ab kepada Allah dan Rasul-Nya.

Semenjak bersama Rasulullah, ibunda Mush'ab menghentikan pemberian yang biasa dilimpahkan untuknya. Sempat pengawal sang ibu ingin membawa kembali Mush'ab ke rumahnya, namun Mush'ab bersikeras untuk tidak kembali dan memilih meninggalkan kemewahan dengan hidup yang melarat dan sempat beberapa hari menderita kelaparan.

Baca Juga: Satu Amalan yang Sering Dilupakan Orang Padahal Bisa Mendatangkan Rezeki Berkali Lipat

Rasulullah sangat mempercayai Mush'ab. Bahkan ia ditunjuk langsung untuk menjadi duta atau utusan Rasulullah ke Madinah. Mengajarkan seluk beluk tentang agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman terlebih dahulu maupun yang belum beriman.

Mendengar hasil gemilang yang diperoleh Mush'ab membuat banyak suku Quraisy ingin membalas dedam kepada hamba-hamba Allah yang salih itu.

Terjadillah perang Uhud antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy. Mush'ab kembali dipercaya Rasulullah sebagai pahlawan pembawa bendera menghadang baris depan pertahanan Quraisy.

Tak diduga pasukan Quraisy menyerang kaum muslimin dari puncak bukit dengan tombak dan pedang yang saling berdentangan. Mush'ab menyadari situasi gawat ini, maka di angkat setinggi-tingginya bendera dan pedang dimasing-masing tangannya, serta bertakbir sekeras mungkin untuk maju menerkam siapa saja yang berada didepannya.

Baca Juga: Kisah Terbaliknya Gunung yang Menghancurkan Para Kaum Nabi Luth

Tetapi musuh semakin bertambah banyak dan datanglah seorang musuh bernama Ibnu Qumaiah. Ibnu Qumaiah menaiki kuda lalu menebas salah satu tangan pahlawan kita, Mush'ab hingga putus. Mush'ab pun langsung mengucapkan: "Muhammad tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul".

Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk untuk melindunginya. Ibnu Qumaiah yang kejam pun lanjut menebus kembali tangan kiri Mush'ab dan Mush'ab pun tersungkur masih melindungi bendera sambil mengucapkan kalimat yang sama.

Lalu beberapa kafir Quraisy menghampiri dan menyerang Mush'ab dengan tombak yang menghantam dadanya hingga Mush'ab pun gugur. Bendera yang ia lindungi pun ikut terjatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Hal ini dialaminya dengan keberanian luar biasa.

Baca Juga: 7 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Kamar Mandi, Hati-hati Karena Allah Sangat Membencinya!

Demi cintanya yang tiada batas terhadap Allah dan Rasulullah, ia rela meninggalkan kenikmatan dunia dan ikut berperang bersama Rasulullah hingga pedangnya terjatuh akibat tebasan Ibnu Qumaiah dikedua tangannya. Mush'ab menghibur dirinya dengan kalimat "Muhammad tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul".

Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacanya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat Al-Qur'an yang selalu dibaca sampai hari ini.

Ali 'Imran ayat 144.

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Artinya:
Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.***

Editor: Bondan Kartiko Kurniawan

Sumber: Buku Karakteristik Perihudup 60 Sahabat Rasulullah

Tags

Terkini

Terpopuler