Hari Anak Sedunia 2020: Saatnya Fokus Pada Dampak Perubahan Iklim dan COVID-19 Pada Anak-Anak

- 20 November 2020, 16:03 WIB
Potret Anak
Potret Anak /Pixabay
ZONABANTEN.com - Setiap tahun, dunia merayakan Hari Anak Sedunia pada 20 November untuk mempromosikan hak-hak anak dan kesejahteraan mereka.
 
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, orang tua, guru, dan orang-orang dari berbagai latar belakang memainkan peran penting dalam perayaan tersebut.
 
Sejak tahun 1990, Hari Anak Sedunia juga memperingati ulang tahun tanggal ketika Sidang Umum PBB mengadopsi Deklarasi dan Konvensi tentang hak-hak anak. Hari Anak Sedunia pertama kali dirayakan pada tahun 1954.
 
 
Anak-Anak dan Perubahan Iklim
 
Tahun lalu, Greta Thunberg, seorang aktivis iklim Swedia menggemparkan dunia setelah dia memberikan pidatonya tentang pentingnya partisipasi aktif untuk memerangi perubahan iklim.
 
Thunberg, yang lahir pada tahun 2003, menjadi teladan bagi orang-orang dari berbagai usia saat dia menangani masalah perubahan iklim dan bahkan masuk dalam daftar Forbes dari 100 Wanita Paling Kuat di Dunia, 2019. 
 
Thunberg adalah bukti fakta bahwa anak-anak menyadari perubahan di sekitar mereka dan ingin melakukan bagian mereka dalam membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. 
 
Langkah-langkah harus diambil untuk membuat anak-anak peka terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim dan pemanasan global untuk membentuk mereka menjadi warga negara dan manusia yang lebih baik.
 
 
Anak-Anak dan COVID-19 
 
Seluruh dunia sedang berjuang karena pandemi virus corona. Pandemi yang dimulai di China menyebar ke seluruh dunia dalam waktu satu bulan dan merenggut nyawa beberapa orang.
 
Akibat wabah tersebut, penguncian diberlakukan di negara itu dan orang-orang terpaksa tinggal di dalam rumah.
 
Aktivitas normal seperti bermain di luar ruangan, berjalan-jalan, dan mengunjungi tempat umum berubah menjadi kemewahan karena masyarakat disarankan untuk tetap berada di dalam ruangan. 
 
Ketika kehidupan normal terhenti, beberapa orang termasuk anak-anak merasakan tekanan mental. Beradaptasi dengan perubahan dan menerima 'normal baru' berdampak buruk pada kesehatan mental beberapa orang.
 
 
Dari menghadiri kelas online hingga tidak keluar untuk bermain, anak-anak juga berjuang karena wabah dan masalah yang diperangi. Upaya terus menerus harus dilakukan untuk memastikan bahwa kesehatan mental anak-anak tidak terpengaruh. 
 
Orang tua dan guru harus memulai percakapan dengan anak-anak untuk membantu mereka menghadapi pandemi COVIP-19. Semua pihak harus perang melawan pandemi untuk memastikan kembali kesejahteraan anak - anak.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Times Now News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x