Kudeta terjadi karena ketidakpuasan beberapa kalangan sejak Luis Arce terpilih di tahun 2020. Sejak dirinya terpilih sebagai Presiden, Luis Arce telah memimpin negeri dengan baik.
Beberapa ahli mengatakan, Luis Arce berhasil membawa stabilitas politik ke Bolivia. Ini dapat dibuktikan karena sejak Arce memimpin, beberapa oposisi telah kembali dari pengasingan.
Meskipun berhasil dalam membawa stabilitas politik, di bawah kepemimpinannya Arce gagal membayar hutang Bolivia dan gagal menjaga kekurangan dolar AS, yang berakibat fatal terhadap hutang Bolivia.
Selain itu, Bolivia tetap dipenuhi dengan konflik antara sayap kiri dengan sayap kanan. Di bawah kepemimpinannya, Luis Arce telah menangkap beberapa oposisi sayap kanan terutama dari Provinsi Santa Cruz.
Di tahun 2023, Pemerintah Bolivia menangkap seorang oposisi bernama Camacho. Camacho di pidana karena perannya dalam kerusuhan politik di tahun 2019.
Sementara itu, dari sisi kiri, Arce mengalami tekanan dari mentor politiknya dan juga mantan Presiden Evo Morales.
Evo Morales telah mengatakan, dirinya akan maju dalam pemilihan presiden tahun 2025 untuk berkontestasi melawan Arce.
Hal ini menyebabkan terpecahnya Partai Gerakan Menuju Sosialisme. Namun, di awal tahun 2024, pencalonan Evo Morales ditolak oleh Pengadilan Bolivia dan menyebabkan demo besar-besaran.
Evo Morales memiliki hubungan yang baik dengan Arce. Evo Morales yang membawa Arce ke dunia politik di tahun 2005, di mana Morales berhasil memenangkan pemilihan Presiden.