Warga Palestina Tidak Merayakan Natal, Benjamin Netanyahu: Kami Tidak Punya Pilihan Selain Bertempur

- 25 Desember 2023, 19:08 WIB
Warga Palestina tidak dapat merayakan Natal. Sebagian besar wilayah Gaza berada dalam reruntuhan dan jutaan warganya mengalami kekurangan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akibat serangan Israel.
Warga Palestina tidak dapat merayakan Natal. Sebagian besar wilayah Gaza berada dalam reruntuhan dan jutaan warganya mengalami kekurangan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akibat serangan Israel. /

 

ZONABANTEN.com -  Natal kali ini, warga Palestina tidak berkesempatan merasakan sukacita karena serangan Israel yang membom Gaza pada malam natal.

Dari serangan menjelang Natal tersebut, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan udara Israel pada hari Minggu, 24 Oktober 2023 di kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah.

Sementara menurut Hamas, serangan bertubi-tubi yang berlangsung sejak Oktober hingga saat ini telah merenggut lebih dari 20.000 nyawa.

Baca Juga: Arti Natal Menurut Alkitab: Sejarah, Makna, dan Peristiwa Dibalik Perayaannya

Perayaan Natal pun ditiadakan di kota Betlehem, Tepi Barat, Palestina yang sekarang diduduki Israel. Betlehem yang dihormati sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus, kali ini hanya diisi oleh sedikit jamaah, yang sebelumnya biasa sangat ramai hingga penuh sesak.

Sementara di Jalur Gaza yang terkepung, Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas mengatakan pada Senin pagi bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 18 orang di kota selatan Khan Yunis, yang dijadikan pusat pertempuran baru-baru ini.

Di sebuah rumah sakit di kota itu, Fadi Sayegh, yang keluarganya sebelumnya telah menerima izin untuk melakukan perjalanan ke Betlehem untuk merayakan natal, mengatakan bahwa ia tidak akan merayakan Natal tahun ini.

"Tidak ada kegembiraan. Tidak ada pohon Natal, tidak ada dekorasi, tidak ada makan malam keluarga, tidak ada perayaan," katanya saat menjalani cuci darah. "Saya berdoa agar perang ini segera berakhir."

Baca Juga: Hari Natal, Ratusan Warga Binaan di Wilayah Hukum Kemenkumham Banten Dapat Remisi

Suster Nabila Salah dari Gereja Suci Katolik di Gaza, tempat dua perempuan Kristen dibunuh oleh penembak jitu Israel awal bulan ini, merasa sangat sedih. "Semua perayaan Natal telah dibatalkan," katanya. "Bagaimana kita merayakannya ketika kita mendengar suara tank dan pemboman dan bukannya dering lonceng?"

Paus Fransiskus memulai perayaan Natal global pada hari Minggu, 24 Desember 2023 dengan sebuah seruan untuk perdamaian.

"Hati kami tertuju pada Gaza, pada semua orang di Gaza, tetapi dengan perhatian khusus pada komunitas Kristen di Gaza yang sedang menderita," ujar pemimpin umat Katolik tersebut.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan bahwa "jumlah korban kemungkinan besar akan meningkat" karena banyak keluarga yang diperkirakan berada di daerah tersebut pada saat serangan terjadi.

Dalam insiden lain, Kementerian tersebut mengatakan 10 anggota dari satu keluarga terbunuh dalam serangan Israel di rumah mereka di kamp Jabalia di Gaza utara.

Menurut PBB, 80% warga Palestina di Gaza telah mengungsi, banyak yang mengungsi ke selatan dan kini berlindung dari dinginnya musim dingin di tenda-tenda darurat.

Baca Juga: Kunjungi Taman Elektrik, Rasakan Sensasi Duduk di Kursi Wali Kota Tangerang, Siapa pun Boleh Coba

Sebagian besar wilayah Gaza pun berada dalam reruntuhan dan 2,4 juta penduduknya mengalami kekurangan air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akibat pengepungan Israel, yang hanya dibantu oleh truk-truk bantuan yang datang secara terbatas.

Kepala badan pengungsi PBB, Filippo Grandi, menyerukan agar serangan ini segera diakhiri.

"Gencatan senjata kemanusiaan di Gaza adalah satu-satunya jalan ke depan," tulisnya di X, yang sebelumnya bernama Twitter. "Perang menentang logika dan kemanusiaan, dan menyiapkan masa depan yang lebih banyak kebencian dan lebih sedikit perdamaian."

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga memperbaharui seruan gencatan senjata, dengan mengatakan: "Kehancuran sistem kesehatan Gaza adalah sebuah tragedi."

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa perang ini menuntut "harga yang sangat mahal," karena jumlah tentara yang tewas dalam konflik ini terus meningkat.

"Kami tidak punya pilihan selain terus bertempur," katanya, seraya menambahkan: "Ini akan menjadi perang yang panjang."

Menurut penghitungan AFP berdasarkan data angka milik Israel, pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu, perang pecah ketika para pejuang Hamas menyerang Israel selatan dan menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 250 sandera.

Israel juga bersumpah untuk menghabisi Hamas sebagai tanggapan dan kampanye militernya, yang mencakup pemboman udara besar-besaran.

Militer Israel mengatakan pada hari Senin bahwa dua tentara telah terbunuh, sehingga jumlah tentara yang terbunuh sejak hari Jumat menjadi 17 orang dan 156 orang sejak serangan darat Israel dimulai pada Jumat, 27 Oktober 2023.

Sementara, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, kampanye militer tersebut telah menewaskan 20.424 orang di Gaza, yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Sangat berbanding dari jumlah korban yang disebutkan oleh Israel.

Juru bicara militer Israel, Jonathan Conricus, mengindikasikan bahwa pasukannya hampir menguasai Gaza utara dan sekarang "kami memfokuskan upaya kami melawan Hamas di Gaza selatan."

Baca Juga: Sanuji Pentamarta Bakal Maju Jadi Wali Kota Cilegon, Ingin Bentuk Pemerintahan Berkelas Internasional

Dua orang tahanan yang dibebaskan dan seorang petugas medis mengatakan pada hari Minggu bahwa orang-orang Palestina yang ditahan oleh tentara Israel di Jalur Gaza telah mengalami penyiksaan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh pihak militer.

Kedua orang tersebut termasuk di antara ratusan orang yang ditahan oleh pasukan Israel atas dugaan keterkaitan dengan Hamas selama serangan darat Israel.

Adapun sekitar 20 orang yang dibebaskan dari tahanan Israel, menurut Marwan al-Hams, direktur rumah sakit di kota Rafah, Gaza, “memiliki memar dan bekas pukulan di tubuh mereka.” ***

Editor: Rahman Wahid

Sumber: The Japan Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah