Sejarah Masjid Agung Al-Omari Gaza yang Dihancurkan Israel, Dari Kuil Falistin Kuno hingga Gereja Yohanes

- 24 Oktober 2023, 14:20 WIB
Tempat ibadah bersejarah di Gaza yang hancur karena serangan Israel.
Tempat ibadah bersejarah di Gaza yang hancur karena serangan Israel. /Aljazeera

ZONABANTEN.com – Masjid Agung Al-Omari adalah masjid tertua dan terbesar di jalur Gaza, terletak di Kuartal Daraj Kota Tua di pusat Kota Gaza, Palestina, yang hancur dibom oleh pasukan udara Israel pada Kamis, 20 Oktober 2023.

Menurut kepercaaan masyarakat lokal, bangunan Masjid Agung Al-Omari didirikan di area yang sebelumnya ditempati oleh Kuil Filistin yang dipersembahkan untuk Dewa kesuburan bernama Dagon, yang pada akhirnya dihancurkan oleh Samson sebagaimana yang tercatat dalam kitab Hakim-Hakim. Setelah peristiwa tersebut, didirikanlah sebuah Kuil untuk menghormati Marnas, dewa yang diyakini memegang peranan penting dalam memberikan hujan dan kelimpahan hasil panen.

Saat ini, legenda lokal menyatakan bahwa makam Samson berada di bawah struktur masjid yang ada saat ini. Pada tahun 406 Masehi, bangunan ini awalnya didirikan sebagai sebuah Gereja Bizantium yang megah oleh Aelia Eudocia, seorang permaisuri, meskipun juga turut didukung oleh peran serta Kaisar Marcianus. Gereja tersebut tercatat dalam peta Madaba yang berasal dari abad ke-6 sebagai bagian dari Tanah Suci.

Gereja Bizantium ini diubah menjadi masjid pada abad ke-7 oleh para Jenderal Umar bin Al-Khattab, pada tahun-tahun pertama pemerintahannya. Hingga saat ini, masjid ini masih disebut sebagai “Al-Omari” untuk menghormati jasa khalifah Umar bin Al-Khattab.

Pada tahun 985 Masehi, pada masa kekuasaan Abbasiyah, seorang ahli geografi Arab bernama al-Muqaddasi mencatat bahwa masjid ini merupakan "Masjid yang indah". Kemudian, pada tanggal 5 Desember 1033, sebuah gempa bumi membuat puncak menara masjid tersebut runtuh. 

Baca Juga: Gelar Screening TBC, Dinkes Kota Tangerang Periksa Penyapu Jalan hingga Pemulung

Pada tahun 1149, pasukan Tentara Salib yang sebelumnya telah menaklukkan Gaza pada tahun 1100 membangun sebuah gereja megah di atas reruntuhan gereja sebelumnya sesuai dengan dekrit yang dikeluarkan oleh Baldwin III dari Yerusalem. Meskipun demikian, dalam keterangan William dari Tyre tentang gereja-gereja besar Tentara Salib, gereja tersebut tidak disebutkan. Dari tiga lorong yang menyusun masjid besar saat ini, diyakini bahwa bagian dari dua lorong tersebut dulunya merupakan bagian dari gereja Tentara Salib.

Berdasarkan relief batu yang menggambarkan ajaran Yahudi dan terdapat prasasti dalam bahasa Ibrani dan Yunani yang diukir di permukaan atas salah satu tiang bangunan, pada akhir abad ke-19 diperkirakan bahwa tiang-tiang bagian atas bangunan tersebut berasal dari sinagoge Yahudi abad ke-3 di Caeserea Maritima. Penemuan Sinagoge abad ke-6 di pelabuhan kuno Maiumas Gaza pada tahun 1960-an menguatkan kemungkinan bahwa masyarakat setempat telah menggunakan kembali tiang-tiang tersebut.

Pahatan pada tiang tersebut menampilkan simbol-simbol keagamaan Yahudi seperti menorah, shofar, lulav, dan etrog, yang dikelilingi oleh ornamen yang rumit dan dilengkapi dengan inskripsi berbunyi "Hananyah Anak Yakub" dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Sayangnya, relief itu rusak antara tahun 1973 hingga 1996 dan batunya telah diratakan. Pada tahun 1187, Dinasti Ayyubiyah di bawah kepemimpinan Salahuddin al-Ayyubi merebut kendali Gaza dari Tentara Salib dan menghancurkan gereja tersebut.

Pada abad ke-13, bangsa Mamluk memulai proses rekonstruksi masjid ini. Pada tahun 1260, bangsa Mongol menghancurkannya. Meskipun masjid ini kemudian dibangun kembali, namun pada tahun 1294, sebuah gempa bumi mengakibatkan keruntuhan bangunan tersebut. Kemudian ada renovasi besar yang dilakukan oleh Gubernur Sunqur al-Ala’I selama masa pemerintahan Sultan Husam ad-Din Lajin antara tahun 1297 hingga 1299.

Halaman:

Editor: Rismahani Ulina Lubis

Sumber: Aljazeera TikTok @tintaemas


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah