Bahkan biaya makanan dilaporkan naik 57% menurut data resmi.
Hasilnya negara tersebut mengalami kebangkrutan, dengan hampir tidak ada uang untuk mengimpor bensin, susu, gas untuk memasak, dan bahkan kertas toilet.
Korupsi politik juga merupakan masalah yang udah jadi rahasia umum.
Tidak hanya memainkan peran dalam negara dengan menghambur-hamburkan kekayaannya, tetapi juga mempersulit penyelamatan keuangan apa pun bagi Sri Lanka.
Anit Mukherjee, seorang rekan kebijakan dan ekonom di Pusat Pembangunan Global di Washington, mengatakan bahwa jika ada bantuan dalam bentuk apa pun dari IMF atau Bank Dunia harus disertai dengan persyaratan yang ketat untuk memastikan bantuan itu tidak salah kelola.
Mukherjee mencatat bahwa Sri Lanka berada di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, sehingga membiarkan negara dengan signifikansi strategis seperti itu runtuh bukanlah suatu pilihan.
Baca Juga: Tangki Gas Klorin Bocor di Pelabuhan Aqaba Yordania, 12 Orang Tewas dan Ratusan Lainnya Terluka
Mengapa Ekonomi Sri Lanka Bisa Dalam Kesulitan Seperti Itu?
Para ekonom mengatakan krisis Sri Lanka tersebut berasal dari faktor domestik seperti salah urus selama bertahun-tahun dan korupsi.
Sebagian besar kemarahan publik terfokus pada Presiden Gotabaya Rajapaksa dan saudaranya, mantan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa.