Penggalangan Dana untuk Ukraina Melalui Cryptocurrency Meningkat di Tengah Konflik dengan Rusia

- 1 Maret 2022, 17:05 WIB
Sumbangan untuk Ukraina melalui cryptocurrency meningkat di tengah konflik dengan Rusia./Pexels/David Mcbee
Sumbangan untuk Ukraina melalui cryptocurrency meningkat di tengah konflik dengan Rusia./Pexels/David Mcbee /
 
ZONABANTEN.com - Di tengah krisis Ukrania, mata uang kripyo mendapatkan lebih banyak perhatian.
 
Bentrokan militer antara Rusia dan Ukraina sekarang disebut sebagai 'perang kripto' pertama di dunia, sebab mata uang digital tanpa kewarganegaraan tampaknya digunakan oleh kedua belah pihak. 
 
Dikutip dari Korea Times, mata uang ini digunakan untuk menerima amal dan sumbangan namun di satu sisi juga untuk mendanai rezim otokratis yakni 
sistem pemerintahan di mana satu orang otokrat memegang semua kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan militer. 
 
 
Sejak pemerintah Ukraina memposting cuitannya di Twitter resmi pada 27 Februari 2022 lalu, bahwa pemerintah menerima sumbangan cryptocurrency, banyak netizen dari seluruh dunia mengirim sumbangan mata uang digital untuk Ukraina. 
 
Postingan pemerintah Ukraina yang menerima sumbangan melalui cryptocurrency./Tangkapan layar Twitter
Postingan pemerintah Ukraina yang menerima sumbangan melalui cryptocurrency./Tangkapan layar Twitter
 
Banyak pengguna Twitter dari Korea Selatan juga telah memposting gambar sumbangan crypto mereka untuk Ukraina di tengah invasi dari Rusia.
 
Bahkan sebelum pemerintah Ukraina merilis alamat dompet digitalnya untuk donasi pada hari Minggu 27 Februari 2022, orang-orang dari seluruh dunia telah mengirim jutaan dolar untuk mendukung tentara di negara itu. 
 
 
Menurut perusahaan analitik blockchain Elliptic, lebih dari $4,1 juta atau 109 BTC dikumpulkan hanya dalam satu hari sejak Come Back Alive, sebuah yayasan LSM yang berbasis di Kyiv, meluncurkan kampanye Kamis lalu.
 
Namun, dana digital tanpa batas seperti itu juga dapat memberikan tempat yang aman bagi Rusia karena negara tersebut sekarang menghadapi berbagai lapisan sanksi ekonomi dari negara-negara kuat, termasuk pemutusan sistem perbankan SWIFT. 
 
Itulah sebabnya Christine Lagarde, presiden Bank Sentral Eropa (ECB) berusaha untuk menyetujui peraturan tentang cryptocurrency, yang bertujuan untuk mencegah Rusia melewati sanksi keuangan global.
 
 
"Setiap kali ada larangan atau mekanisme untuk memboikot selalu ada cara kriminal yang akan mencoba untuk menghindari larangan tersebut," kata Lagarde. 
 
"Sangat penting bahwa Markets in Crypto Assets Directive (MiCA) didorong secepat mungkin sehingga kami memiliki kerangka peraturan di mana aset crypto benar-benar dapat ditangkap," tambahnya.
 
Harga Bitcoin turun lebih dari 2% karena kekhawatiran tentang peraturan serta bentrokan militer yang berkelanjutan. Mata uang digital diperdagangkan pada $37.842,44 pada waktu 14:50, yang merupakan penurunan 2,16 persen dari hari sebelumnya.
 
Ini lebih dari penurunan 44% dari awal November 2021, ketika satu Bitcoin diperdagangkan di sekitar $67.000.
 
 
Sementara itu, pendiri Ethereum Vitalik Buterin mengecam invasi Rusia ke Ukraina melalui akun Twitter-nya pekan lalu.
 
Miliarder cryptocurrency dari Kanada kelahiran Rusia mentweet, "Pengingat: Ethereum netral, tapi saya tidak."
 
Pendiri Ethereum terus men-tweet pesan tentang kampanye penggalangan dana cryptocurrency untuk mendukung Ukraina sebagai bentuk bantuan kemanusiaan.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Korea Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x