Kecewa Berat! Iran Tuduh AS dan Sekutu Hanya Pura-pura dalam Pembahasan Ulang Kesepakatan Nuklir 2015

- 14 Februari 2022, 15:11 WIB
Kecewa Berat! Iran Tuduh AS dan Sekutu Hanya Pura-Pura dalam Pembahasan Ulang Kesepakatan Nuklir 2015. /REUTERS/Lisi Niesner
Kecewa Berat! Iran Tuduh AS dan Sekutu Hanya Pura-Pura dalam Pembahasan Ulang Kesepakatan Nuklir 2015. /REUTERS/Lisi Niesner /
 
ZONABANTEN.com - Iran tampak merasa kecewa berat dalam pembahasan ulang kesepakatan nuklir 2015 di Wina, Austria belakangan ini.
 
Iran bahkan telah menuduh AS dan sekutu hanya "berpura-pura" untuk membuat inisiatif mengaktifkan kembali kesepakatan nulir 2015.
 
Seorang pejabat senior keamanan Iran mengatakan kemajuan dalam pembicaraan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 menjadi "lebih sulit".
 
Ini disebabkan karena kekuatan Barat, terutama AS hanya "berpura-pura" untuk membuat inisiatif, dilansir Reuters pada Senin 14 Februari 2022.
 
 
Pembicaraan tidak langsung di Austria antara Iran dan AS telah kembali dilanjutkan minggu lalu, setelah istirahat selama 10 hari.
 
Ini kelanjutan dari pembicaraan pada November 2021, setelah jeda lima bulan karena pemilihan Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
 
Namun, delegasi Iran mengatakan pembicaraan hanya membuat kemajuan yang sangat terbatas karena sikap negara-negara Barat.
 
"Pekerjaan negosiator Iran menuju kemajuan menjadi lebih sulit," tulis Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran di Twitter.
 
 
"Sementara pihak Barat 'berpura-pura' datang dengan inisiatif untuk menghindari komitmen mereka," klaim Ali Shamkhani menambahkan.
 
Pernyataan Ali Shamkhani itu menjadi bantahan untuk Mikhail Ulyanov, utusan Rusia dalam pembicaraan di Wina tersebut.
 
"Kemajuan signifikan telah dibuat dalam proses negosiasi," tulisnya di Twitter beberapa jam sebelum pernyataan Ali Shamkhani.
 
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada pekan lalu mengatakan masih ada jalan panjang sebelum kesepakatan 2015 itu dapat diaktifkan lagi.
 
Melalui kesepakatan itu, pengembangan nuklir Iran akan dihentikan dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi dari AS dan lainnya.
 
 
Perjanjian tersebut memberlakukan pembatasan pada kegiatan nuklir Iran yang telah melakukan selama ini.
 
Ini sekaligus akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk sebuah bom nuklir.
 
Bahkan, jika mau, bisa menjadi setidaknya satu tahun dari sekitar dua hingga tiga bulan waktu yang mereka butuhkan.
 
Kebanyakan ahli mengatakan bahwa waktu yang mereka butuhkan sekarang lebih pendek daripada ketika kesepakatan itu dibuat.
 
Namun, pihak Iran sendiri telah membantah sedang mencoba mengembangkan senjata nuklir yang dikenal sebagai senjata pembunuh massal.
 
 
Sedangkan Presiden AS pada 2018, Donald Trump malah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 tersebut.
 
Ketika itu, Trump memberlakukan kembali sanksi hukuman AS terhadap ekonomi Iran yang memangkas ekspor minyak vitalnya.
 
Iran menanggapinya dengan melanggar banyak pembatasan kesepakatan dan mendorong perkembangan nuklir mereka semakin jauh.
 
 
Mereka juga telah memperkaya uranium mendekati tingkat senjata dan menggunakan sentrifugal canggih untuk melakukannya.
 
Upaya itu kini telah membantu Iran untuk mengasah keterampilannya dalam mengoperasikan mesin-mesin tersebut.***

Editor: IDHY ADHYANINDA SUGENG MULYANDINI

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x