Kasian.. 700 Anak yang Terjebak Malah Digunakan untuk Tameng Peperangan di Suriah, Padahal Mereka Minta Pulang

- 13 Februari 2022, 21:18 WIB
Kasian.. 700 Anak yang Terjebak Malah Digunakan untuk Tameng Peperangan di Suriah, Padahal Mereka Minta Pulang / Reza Andy’s / Pinterest
Kasian.. 700 Anak yang Terjebak Malah Digunakan untuk Tameng Peperangan di Suriah, Padahal Mereka Minta Pulang / Reza Andy’s / Pinterest /

ZONABANTEN.com - Diperkirakan sebanyak 700 anak yang terjebak di penjara Gweiran di Suriah malah digunakan sebagai tameng selama pertempuran.

Bukannya ditolong dan diantarkan ke rumah mereka masing-masing, mereka dijadikan sebagai ‘tameng manusia’, padahal mereka berharap akan dipulangkan.

Bahkan secara keseluruhan, ada sekitar 7.830 anak asing yang hidup dalam kondisi dalam penjara dan kamp yang kotor di Suriah sebagaimana ditulis The Conversation.

Anak-anak itu dibawa ke Suriah oleh orang tua mereka, atau ada yang dilahirkan di kamp.

Baca Juga: Diam-Diam Arab Saudi Ternyata Ikut Rayakan Hari Valentine dengan Cara Begini, Perubahan Sosial Demi Visi 2030?

Seperti diketahui, para pejuang ISIS telah melakukan pembobolan penjara Gweiran untuk membebaskan mantan pejuang IS pada akhir Januari 2022.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengisi kembali barisan mereka sekali lagi.

Penjara Gweiran sendiri dikelola oleh Kurdi di Timur Laut Suriah.

Para militan itu menggunakan bom mobil untuk menerobos gerbang penjara dan membebaskan ratusan tahanan.

Pembobolan yang dilakukan ISIS ini tercatat sebagai serangan paling canggih sejak mereka beroperasi pada tahun 2019.

Dalam proses pembobolan penjara, menggunakan asrama anak-anak untuk memperlambat serangan balik dari pasukan pimpinan Kurdi.

Baca Juga: Warga Inggris Siap Bantu Ukraina Lawan Putin dan Pasukan Rusia Jika Perang Benar Terjadi

Yang menjadi sorotan adalah, sudah tidak terhitung berapa banyak anak yang enjadi korban dan terbunuh selama pengepungan.

Ada juga anak-anak yang dibawa dan dipindahkan entah ke mana.

Anak-anak itu tidak akan dibiarkan pergi meninggalkan penjara Gweiran karena digunakan sebagai tameng serangan pasukan Kurdi.

Sebagian besar dari mereka berusia di bawah 12 tahun, dan mereka ditahan karena dugaan kejahatan orang tua mereka.

Pasukan Kurdi akan melepas anak-anak ini dari kamp hingga usia mereka 12 tahun, dan memindahkannya ke penjara dewasa yang juga menampung para jihadis Islam yang keras, baik yang terbukti telah melakukan kejahatan maupun tidak.

Baca Juga: Salah Satu Pedofil Tertua di Inggris Meninggal Setelah Tersedak Minuman, Padahal Baru 8 Bulan Dipenjara

Dari Kamp ke Penjara

Akibat runtuhnya kekhalifahan pada 2019, para pejuang ISIS dan keluarga mereka ditangkap oleh pasukan Kurdi.

Laki-laki sebagai ayah dikirimkan ke penjara, sedangkan para istri dan anak-anak dikirim ke kamp pengungsian.

Para hukum internasional bahkan menggambarkan kondisi di kamp seperti penyiksaan, bukan penahanan.

Dari 700 anak yang ditahan di sana, 150 di antaranya adalah warga negara Barat, termasuk setidaknya satu orang berasal dari Austaralia.

Karena hal ini, Pemerintah Australia dan negara-negara Barat lainnya harus berbuat lebih banyak untuk memastikan keselamatan warga negaranya yang terperangkap di Suriah.

Baca Juga: Waduh! Deltacron: Varian Baru Covid-19 Gabungan Varian Delta dan Omicron Ditemukan di Inggris

Sorotan Dunia Internasional dan Polemik

Perbuatan ISIS ini disorot oleh dunia Internasional karena telah merampas hak-hak anak: hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, hak untuk diperlakukan secara manusiawi, dan hak untuk dilindungi dari perampasan kemerdekaan secara tidak sah atau sewenang-wenang.

Meski anak-anak terus menangis dan merengek minta dipulangkan, anak-anak tak bersalah yang menjadi korban ini tidak akan pernah dipulangkan oleh ISIS sebelum misi membebaskan pejuang IS tercapai.

Polemiknya lagi, secara khusus, pemerintah Barat enggan memulangkan anak laki-laki berusia di atas sepuluh tahun karena khawatir mereka telah menerima pelatihan militer.

Juga telah diradikalisasi dan dapat menimbulkan risiko bagi masyarakat.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah