Skafisme, Hukuman Mati Kuno Persia Tersadis, Dieksekusi dengan Susu dan Madu

- 7 Februari 2022, 10:18 WIB
illustrasi hukuman skafisme di atas perahu
illustrasi hukuman skafisme di atas perahu /grid.id

ZONABANTEN.com - Susu dan madu adalah makanan yang banyak digemari orang karena rasanya yang manis dan lembut.

Susu dan madu juga menjadi bahan penyedap disetiap hidangan yang akan membuat siapapun tak bisa menolaknya.

Hal ini tidak selamanya terjadi di Persia pada abad 500 SM. Mereka menjadikan kedua bahan tersebut sebagai media eksekusi.

Dilansir dari berbagai sumber, eksekusi mati dengan media susu dan madu ini disebut skafisme.

Baca Juga: Kreatif! Baterai yang Terbuat Dari 2.923 Lemon Pecahkan Rekor Guinness World Record

Hukuman mati ini dianggap sebagai cara yang sangat sadis yang pernah ada karena membiarkan korban mati secara perlahan.

Korban eksekusi akan ditelanjangi dan ditempatkan di sebuah perahu yang sangat sempit.

Tangan dan kaki korban diikat di setiap ujungnya sehingga tidak bisa melarikan diri.

Lalu korban akan dihanyutkan di sebuah danau sampai pada suatu tempat eksekusi.

Mungkin skafisme belum terdengar begitu kejam karena korban bisa melihat pemandangan danau yang indah.

Setelah dihanyutkan ke danau, korban akan disuapi susu dan madu yang sekilas terlihat seperti piknik ditengah danau.

Baca Juga: Fakta Perang Persia, Kisah Prajurit Pemberani Rub'i bin Amir yang Berperang Menggunakan Panci dan Pisau Dapur

Namun, kenikmatan dunia ini hanya sementara dan berubah menjadi mimpi buruk bagi korban eksekusi.

Korban dipaksa untuk mengonsumsi campuran susu dan madu tersebut terus-menerus hingga perut mereka penuh.

Korban akan merasakan perut mereka seperti akan meledak dan tak terkendali.

Tidak sampai disana, seluruh tubuh korban akan dilumuri cairan susu dan madu hingga lengket.

Setelah itu korban dibiarkan terpapar sinar matahari yang akan membuat kulit mereka kering dan dipenuhi kotoran.

Tak lama, tubuh yang sudah dilumuri cairan kental dan manis itu akan didatangi oleh berbagai macam serangga dan ulat.

Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi Eksekusi Hampir 6 Orang Setiap Bulan dalam Hukuman Mati Sepanjang 2021

Disinilah penyiksaan yang lebih kejam akan dimulai, tubuh korban mulai digerayangi.

Para serangga dan ulat akan menyengat, menggigit dengan brutal tubuh korban.

Serangga mulai berpesta dan bergembira ria, sementara tubuh sang korban eksekusi mulai lumpuh.

Kematian pada akhirnya disebabkan oleh paparan dan infeksi yang parah oleh serangga dan ulat.

Sejarawan Yunani Plutarch, dalam sebuah catatannya mengungkapkan bahwa korban eksekusi dengan metode ini membutuhkan 17 hari untuk mati.

Salah satu kejadian yang paling terkenal mengenai hukuman ini adalah kisah Mithridates.

Baca Juga: Sadis! Mohammed bin Salman Eksekusi 133 Orang Sejak Jadi Putra Mahkota Arab Saudi, Benarkah Dia Psikopat?

Mithridates yang pada saat itu menjabat sebagai tentara Persia membuhuh Cyrus, adik Raja Artaxerxes, dalam pertempuran.

Mithridates  mendapat penghargaan karena Cyrus  ingin merebut kekuasaan sang kakak.

Sang raja meminta Mithridates  untuk tidak mengakui bahwa ia adalah pembunuh yang sebenarnya, melainkan Raja Artaxerxes.

Namun pada suatu hari, Mithridates membual dan berkata bahwa dia adalah pembunuh Cyrus sebenarnya.

Pengkhianatan itu membuat Muthridates mendapat hukuman skafisme dari sang raja. ***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: Grid.id allthatintresting.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x