ZONABANTEN.com - Runtuhnya gedung apartemen di Gwangju mengingatkan sejarah kelam yang pernah terjadi pada pusat perbelanjaan Sampoong tahun 1995 dan menjadikan peristiwa itu sebagai bencana paling mematikan setelah peristiwa runtuhnya gedung World Trade Center di New York City (Tragedi 9/11).
Dikutip dalam artikel yang telah rilis sebelumnya di ZONABANTEN.com dengan judul 'Gedung Apartemen di Gwangju Runtuh, Petugas Temukan Satu dari Enam Orang yang Hilang' dikabarkan gedung yang dalam masa pembangunan ini runtuh mengakibatkan enam pekerja menjadi korban.
Diketahui para pekerja yang tertimbun reruntuhan tengah berada di lantai 28-34 saat bekerja, dan saat ini Kementerian Tenaga Kerja Korea Selatan sedang menyelidiki atas tuduhan pelanggaran keselamatan tempat kerja industri.
Sebagaimana runtuhnya apartemen di daerah Gwangju, hal itu mengingatkan kita atas tragedi kelam ambruknya Mall Sampoong, salah satu pusat perbelanjaan paling megah di Seoul, Korea Selatan pada saat itu.
Baca Juga: Wow Hebat! China Bangun ‘Bulan Buatan’, Untuk Apa Ya?
Tepatnya di tanggal 29 Juni 1995 ditengah keramaian kota Seoul, hal yang tidak pernah terbayangkan terjadi, menimbulkan luka dan trauma yang sangat mendalam bagi rakyat Korea Selatan.
Apabila ditarik ke belakang, pembangunan pusat perbelanjaan Sampoong membutuhkan waktu 2 tahun, dimulai pada tahun 1987 hingga 1989.
Awal rencana pembangunan oleh Woosung Construction rupanya bukan untuk membangun sebuah mal, melainkan apartemen hunian setinggi empat lantai.
Woosung Construction sempat menolak melakukan perubahan yang dilakukan oleh divisi konstruksi Grup Sampoong menjadi sebuah mal karena bisa menyebabkan masalah struktural yang serius.
Namun hal itu tidak digubris oleh divisi konstruksi Grup Sampoong. Akibat dari perubahan apartemen hunian menjadi pusat perbelanjaan, sejumlah kolom pendukung yang digunakan sebagai penyangga gedung dipangkas untuk memasang ekskalator dan penambahan satu lantai menjadi lima lantai.
Mal dibuka pada Juli 1990 dengan warna pink cerah sebagai warna dominan untuk luar gedung. Pembukaan mal ini langsung menarik sekitar 40 ribu pengunjung setiap harinya.
Baca Juga: Hari Ke-4 Pencarian di Lokasi Runtuhnya Gedung Apartemen Gwangju, Polisi Selidiki Dugaan Pelanggaran
Menurut seorang insinyur yang mengetahui struktur bangunan mencatat bahwa bangunan Mal Sampoong merupakan bangunan struktur pelat datar yang berarti struktur pelat beton bertulang langsung ditumpu oleh kolom tanpa adanya balok sebagai penumpu.
Lantai lima jadi struktur tambahan yang tidak tepat karena ikut memberikan tekanan pada kolom yang sudah terbebani oleh unit pendingin udara seberat 45 ton di lantai teratas.
Sebenarnya, tiga bulan sebelum keruntuhan terjadi pihak manajemen telah diperingatkan adanya retakan di lantai lima, namun mereka mengabaikan peringatan itu dan hanya memindahkan barang dagangan yang disimpan di lantai lima ke ruang bawah tanah untuk meringankan beban.
Saat sore hari, lantai empat juga ikut ditutup oleh manajemen mal akibat retakan sudah melebar hingga 10 cm, namun karena banyaknya pengunjung yang datang, pihak manajemen membiarkan tiga lantai tetap buka.
Tepat pukul 5:52 petang alarm berbunyi dan dentuman demi dentuman keras terdengar, disusul jatuhnya pondasi lantai lima dan atap yang terjadi begitu cepat.
Dalam kurun waktu 20-23 detik semua kolom di sayap selatan toko runtuh, menewaskan 502 orang dan menimpa lebih dari 1.500 orang di dalamnya.
Upaya penyelamatan langsung dikerahkan. Butuh waktu 52 jam
pencarian untuk mengevakuasi korban. Dua hari setelah reruntuhan, pejabat kota menyimpulkan bahwa siapa pun yang masih berada di dalam gedung dipastikan telah meninggal, oleh karena itu, upaya lebih lanjut akan dilakukan hanya pada 'pemulihan' bukan 'penyelamatan'.
Total 937 orang yang terjebak di reruntuhan berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat setelah memotong pelat beton dan batang besi yang menghalangi jalan.
Namun kejaiban terjadi, menurut korban yang selamat setelah beberapa hari mengatakan mereka bertahan hidup dengan meminum air hujan untuk menghindari dehidrasi.
Seseorang yang terakhir diselamatkan, yakni karyawan toko, Park Seung-hyun (19) berhasil dievakuasi setelah bertahan hampir 17 hari.
Mirisnya korban lain yang selamat setelah 9 hari terjebak mengatakan bahwa beberapa korban lain yang terperangkap tidak bisa diselamatkan karena telah tenggelam akibat hujan yang cukup deras dan air untuk memadamkan apik yang memenuhi area reruntuhan.
Akibatnya, Lee Joon pemilik Mal Sampoong beserta anaknya, Lee Han Sang masing-masing menghadapi hukuman 10 dan 7 tahun penjara.
Namun pada tahun 2003, Lee Joon dikabarkan telah meninggal dunia dalam usia 81 tahun karena komplikasi yang dikaitkan dengan diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal.
Lokasi reruntuhan saat ini menjadi rumah bagi kompleks Apartemen Acrovista, yang pembangunannya dimulai pada tahun 2001 sampai 2004. Tugu peringatan pun telah dibangun di Hutan Yangjae untuk mengenang para korban.***