Adik Korban Penembakan Polisi Kanada Lega Kematian Kakaknya Disebut Pembunuhan, Ini yang Dikatakan Pengacara

- 12 Oktober 2021, 07:52 WIB
Ilustrasi mengenai penembakan bunuh diri yang dilakukan oleh mantan wakil kepala Parlemen Malawi
Ilustrasi mengenai penembakan bunuh diri yang dilakukan oleh mantan wakil kepala Parlemen Malawi /www.globaltimes.cn


ZONABANTEN.com - Adik laki-laki dari korban yang penembakan dari suku Nunavut yang ditembak seorang Mountie mengatakan dia lega juri dalam pemeriksaan koroner telah memutuskan kematian kakaknya sebagai pembunuhan.

Charles Qirngnirq, 21 tahun, terbunuh 19 Desember 2016, setelah RCMP menerima laporan tentang seorang pria dengan senapan di bandara Gjoa Haven.

Shantel Qirngnirq, sang adik, berbicara setelah juri membacakan putusannya pada hari Jumat, ia mengatakan merasa lebih kuat.

"Saya tidak memiliki rasa sakit di hati saya lagi," ujar Shantel kepada The Canadian Press.

Baca Juga: Petugas Polisi Berkuda Kanada Tembak Seorang Pria dari Komunitas Nunavut, Diduga Memiliki Kehendak Bunuh Diri

"Dia tidak pernah ingin menyakiti orang. Dia ingin memastikan bahwa dia melihat orang tersenyum atau menjaga satu sama lain atau hanya bersenang-senang," ujar Shantel sambil menangis, menundukkan kepalanya di pangkuannya.

Eva Qirngnirq, nenek Charles, mengatakan dia merindukan cucunya setiap hari.

"Dia ramah, dia selalu bahagia,” ujar Eva.

“Dia melakukan banyak hal untukku." ujar Eva menegaskan.

Eva mengatakan lima tahun adalah waktu yang lama untuk menunggu pemeriksaan.

Pengacara kantor koroner Nunavut dan keluarga Qirngnirq berpendapat kematiannya adalah pembunuhan, sementara pengacara RCMP mengatakan itu bunuh diri.

Baca Juga: Kanada Rayakan Hari Kebenaran dan Rekonsoliasi, Kepala First Nation Harap Kanada dapat Memahami Luka Pribumi

Setelah berunding selama sekitar lima jam, juri membuat 11 rekomendasi untuk mencegah kematian serupa, termasuk pelatihan pencegahan bunuh diri untuk RCMP dan memiliki lebih dari satu perawat kesehatan mental di setiap komunitas Nunavut.

Juri juga merekomendasikan RCMP untuk membawa kotak P3K pada panggilan dinas dan pemerintah Nunavut serta Dusun Gjoa Haven membuat grup untuk pemuda di komunitas tersebut.

Kpl. Ian Crowe bersaksi selama pemeriksaan bahwa Qirngnirq berteriak pada dirinya sendiri bahwa dia ingin mati sebelum dia muncul untuk mengangkat senapannya ke Crowe dan Mountie lainnya.

Polisi Ottawa menyelidiki penembakan itu dan membebaskan Crowe, dengan mengatakan bahwa penggunaan kekuatan oleh petugas itu wajar.

Sheldon Toner, pengacara koroner, telah memperingatkan juri bahwa pemeriksaan koroner harus memiliki praduga terhadap bunuh diri.

Baca Juga: Diwajibkan Mendapat Vaksin Covid-19, Beberapa Petugas Kesehatan di Kanada Lebih Memilih Berunjuk Rasa

Pada pemeriksaan tersebut, disebutkan bahwa Qirngnirq pergi ke bandara pagi itu karena dia kesal karena pacar dan putranya yang masih kecil mencoba terbang keluar dari komunitas.

Juri juga diberitahu bahwa Qirngnirq memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi karena usia dan latar belakangnya, tapi Toner mengatakan tidak ada indikasi dia ingin bunuh diri.

"Dia bukan stereotip berjalan. Dia manusia," ujar Toner dalam argumen penutup.

Toner juga mengatakan Crowe bersaksi bahwa dia mendengar Qirngnirq membuat komentar bunuh diri saat berjalan dengan senapan di luar bandara hari itu, tetapi Qirngnirq tidak mengarahkan komentar itu pada dua petugas.

Senapan Qirngnirq kemudian ditemukan dibongkar.

Baca Juga: Sekolah Mulai Dibuka Kembali, Siswa First Nation Kanada Terpaksa Mengulang Kelas Karena Tidak Adanya Internet

Dari pemeriksaan tersebut, diketahui Qirngnirq membawa dua peluru, tetapi hasil pemeriksaan juga mendapatkan bahwa peluru itu tidak sesuai dengan senapan yang dibawanya.

"Kesimpulan yang masuk akal bisa jadi dia hanya mengamuk di dunia. Dia kesal, tapi itu tidak berarti dia ingin bunuh diri," ujar Toner.

Pengacara RCMP Magnolia Unka-Wool berargumen bahwa Qirngnirq sengaja tidak mematuhi petugas, mengarahkan senapannya ke mereka dan menggunakan para petugas untuk mengakhiri hidupnya.

"Charles, tanpa ragu, bisa melihat kendaraan polisi di tundra bersalju yang datar," ujar Unka-Wool.

Unka-Wool mengatakan keluarganya telah membuat panggilan sebelumnya ke RCMP mengatakan dia memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Baca Juga: Diduga Terkontaminasi Virus Hepatitis A, Beberapa Merk Makanan Kaleng di Kanada Ditarik dari Pasar

Unka-Wool juga mengatakan kepada juri bahwa dia membawa senapannya ke bandara hari itu dengan tujuan untuk mati.

"Dia meninggalkan petugas tanpa pilihan selain menembaknya," ujar Unka-Wool.

Nikolai Sittmann, pengacara keluarga Qirngnirq, mengatakan tidak mendapatkan bukti bahwa Qirngnirq tahu para petugas benar-benar berada di sana pada pemeriksaan .

"Ini tentang dua petugas polisi yang melihat seorang pemuda yang marah berjalan dengan senapan dan merasa sangat terancam sehingga mereka menembaknya," ujar Sittmann.

Pemeriksaan itu mendengar bahwa setelah penembakan, ketika petugas mencapai Qirngnirq, dia bertanya, ‘Mengapa kamu menembak?’.

Baca Juga: Kebakaran Hutan di Kanada Diprediksi Meningkat, Peneliti Ingatkan Resiko Kesehatan Masyarakat

"Itu adalah reaksi seseorang yang tidak ingin ditembak," kata Sittmann.


RCMP mengatakan Crowe saat ini sedang bertugas administratif.

Dia didakwa melakukan penyerangan awal tahun ini setelah dia menanggapi panggilan untuk layanan di Sanirajak, Nunavut, pada Agustus 2020.

Crowe mengatakan kepada The Canadian Press bahwa dia tidak memiliki komentar atas tuduhan penyerangan tersebut.***

Editor: Rizki Ramadhan

Sumber: CTV News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x